Museum Sasmitaloka Tempat Mengenang Perjuangan dan Keseharian Pangsar Jenderal Sudirman

“Robek-robeklah badanku, potong-potonglah jasad ini, tetapi jiwaku dilindungi benteng merah putih. Akan tetap hidup, tetap menuntut bela, siapapun lawan yang aku hadapi”

“Pertahankan kemerdekaannya sebulat-bulatnya. Sejengkal tanah pun tidak akan kita serahkan kepada lawan, tetapi akan kita pertahankan habis-habisan. Meskipun kita tidak gentar akan gertakan lawan itu, tetapi kita pun harus selalu siap sedia”

Seratus tahun silam, tepatnya pada 24 Januari 1916, Desa Bantarbarang di Kabupaten Purbalingga menyaksikan kelahiran seorang anak lelaki yang kelak menjadi panglima termuda di sejarah NKRI, Panglima Besar Jenderal Sudirman yang dengan lantang membela kemerdekaan Republik Indonesia. Anak dari seorang pria bernama Karsid Kartawiraji dan perempuan bernama Siyem terlahir dengan nama Sudirman. Nama Raden yang disematkan di depan nama Sudirman merupakan pemberian dari Raden Cokro Sunaryo yang tidak lain adalah ayahnya.

Jasa-jasanya yang luar biasa untuk Indonesia selama memperjuangkan kemerdekaan membuat Jenderal Sudirman menjadi salah satu jenderal paling dikenal di Indonesia. Bahkan, hampir tiap kota di Indonesia pasti menyematkan nama Sudirman sebagai nama salah satu jalan utama di kota tersebut. Jogja adalah salah satunya. Namun bukan hanya itu, karena Jogja juga mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah Museum Sasmitaloka, museum yang dirancang khusus untuk mengenang pengorbanan, pengabdian dan perjuangan luar biasa semasa hidup Panglima Besar Jenderal Sudirman.

Sejarah Kediaman Sang Guru Perjuangan

Di salah satu sisi sepanjang Jalan Bintaran Wetan tepatnya yang bernomorkan 3, sebuah rumah bergaya kolonial tampak cukup menonjol. Rumah ini menyimpan sejarah Museum Sasmitaloka yang berharga sebagai bekas kediaman dari Pangsar Jenderal Sudirman yang kini dialihfungsikan sebagai museum bertajuk Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman. Sasmitaloka diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti tempat untuk mengenang dan mengingat. Dibangun pada tahun 1890 oleh Hindia Belanda yang kala itu menjajah Indonesia, gedung ini punya sejarah panjang sebelum digunakan sebagai kediaman Jenderal Sudirman. Tuan Winschenk, adalah pejabat Belanda yang menggunakan rumah ini selama bertahun-tahun dikala dirinya menjabat sebagai pejabat keuangan. Setelah kemerdekaan, Jenderal Sudirman resmi menggunakan bangunan ini selama 3 tahun dari tahun 1945 hingga tahun 1948. Sebelum akhirnya menjadi Museum Sasmitaloka, bangunan ini juga pernah difungsikan sebagai Museum Pusat Angkatan Darat dari tahun 1968 hingga 1982 yang menjadi bagian dari Sejarah Museum Jendral Sudirman Jogja.

Mengeksplorasi Museum Sasmitaloka

Museum Sasmitaloka dapat diakses dari beberapa pintu yang berbeda termasuk pintu utara yang kerap digunakan. Tidak jauh dari pintu ini, terdapat Prasasti Panglima Besar Jenderal Sudirman yang menjadi penanda museum. Lain halnya dengan di halaman depan dimana terdapat Monumen Pangsar Jenderal Sudirman yang tidak lain adalah patung diri Jenderal Sudirman yang tengah menunggang kuda. Kompleks bangunan di Sasmitaloka terdiri dari beberapa bangunan termasuk bangunan induk yang merupakan bangunan paling besar.

Terdapat tiga pintu di bagian depan bangunan induk dengan satu pintu di bagian belakan terhubung dengan aula. Ada 6 ruangan berbeda yang saling terhubung di bangunan ini. Ruang depan merupakan ruang tamu dimana Pangsar Jenderal Sudirman menerima sejumlah tamu resmi. Tidak jauh dari ruangan ini, jubah Jendral Sudirman dan medali kehormatan milik Pangsar Jenderal Sudirman terpampang rapi. Di bagian belakang ruangan ini, terdapat ruang keluarga sedangkan di bagian utara adalah ruang santai untuk pengunjung. Menginjak ke bagian barat terdapat ruangan kerja khusus yang dulu kerap digunakan oleh Pangsar Jenderal Sudirman. Di ruangan inilah pengunjung dapat menyaksikan koleksi senjata rampasan perang yang dulu kerap digunakan oleh Pangsar Jenderal Sudirman ketika berperang melawan Belanda. Tidak jauh dari ruang kerja, terdapat sebuah ruang aula yang kala itu digunakan sebagai ruang makan dan bersantai Pangsar Jenderal Sudirman beserta anak dan istrinya.

Bagian sayap utama rumah induk, ada sebuah bangunan yang memiliki tiga ruangan berbeda yakni Ruang Sekretariat, Ruang Palagan Ambarawa dan ruang Panti Rapih yang memiliki fungsi masing-masing. Ruang Sekretariat merupakan ruang yang berisi meja kursi yang dulu dipakai oleh Pangsar Jenderal Sudirman. Ruang Palagan Ambarawa menjadi tempat menyimpan senjata rampasan dari Inggris ketika zaman peperangan sedangkan Ruang Panti Rapih menyimpan alat-alat medis yang dulu digunakan oleh Pangsar Jenderal Sudirman ketika dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih Jogja.

Museum Sasmitaloka sengaja ditata sedemikian rupa agar sesuai dengan keadaan yang dulu ketika Pangsar Jenderal Sudirman masih tinggal disini. Dengan kata lain, mengunjungi dan mengeksplorasi museum ini seakan kembali ke masa lalu. Jika Anda sudah puas menjelajah museum ini, sempatkan mengunjungi beberapa museum lain seperti museum biologi, museum Sasana Wiratama, museum Wayang Kekayon Yogyakarta.

Alamat                  : Jalan Bintaran Wetan No 3
Koordinat GPS   : -7.802433, 110.375539
No Telepon        : (0274) 376663
Tiket Masuk       : Gratis
Jam Buka             :