Alun-Alun Kidul Taman Pusat Hiburan Rakyat Murah Meriah

Siang berganti malam, udara mulai lebih dingin dan lampu-lampu cantik terlihat menyinari berbagai sudut di taman kota Jogja, Alun-Alun Kidul, tidak jauh dari Malioboro. Rangkaian lampu berwarna-warni nampak bersinar terang dari sebuah sepeda yang sudah dimodifikasi sehingga mirip bagaikan mobil. Bedanya, “mobil” itu tidak bermesin melainkan mengandalkan genjotan kaki penumpangnya. Sepeda hias, begitu orang menyebutnya karena kendaraan tidak bermotor memang dihias sedemikian rupa agar tampak cantik. Menyedot perhatian ratusan pengunjung setiap harinya dari anak-anak hingga orang tua, sepeda hias jadi salah satu atraksi hiburan utama yang meramaikan taman yang terletak di dalam kompleks keraton. Hanya dengan membayar 15 hingga 30 ribu rupiah, pengunjung dapat menyewa sepeda hias tersebut untuk berkeliling alun-alun sembari berfoto ria, cara yang sederhana untuk mendapat hiburan.

Alun-Alun Kidul di Usianya yang Ratusan Tahun

Alun-Alun Kidul dan Alun-alun Utara berusia sama tuanya dengan kota Jogja itu sendiri. Bukan sekedar lapangan biasa, alun-alun ini punya makna spesial menurut lingkungan Kraton Yogyakarta dan orang Jogja sendiri. Alun-alun menjadi bagian dari Catur Gatra Tunggal atau yang dikenal sebagai empat elemen terdiri dari alun keraton, pasar, masjid dan alun-alun. Pada masa lalu, alun-alun kerap dipergunakan sebagai lokasi berbagai cara kerajaan dan keagamaan yang menyedot ratusan pengunjung. Maka tidak heran jika alun-alun disebut sebagai pusat kegiatan rakyat. Alun-alun Lor (utara) dan Kidul (selatan) dihubungkan dengan sebuah gerbang. Jarak alun alun Jogja dari Malioboro cukup dekat sehingga bisa dijangkau dengan berjalan kaki.

Sejarah Alun-Alun Kidul

Taman yang tidak lain merupakan halaman belakang kediaman keluarga kerajaan Jogja ini mempunyai banyak cerita. Salah satunya adalah cerita bahwa Alun-Alun Kidul sengaja didesain sedemikian rupa agar nampak sama seperti Alun-alun Lora atau bagian depan keraton sehingga tidak terlihat seperti membelakangi laut selatan. Seperti yang telah diketahui banyak orang, Raja Mataram konon punya hubungan dengan Ratu Kidul yang tidak lain merupakan penjaga laut selatan.

Cerita yang kedua adalah mitos tentang berjalan melewati alun alun Jogja pohon beringin kembar dengan mata tertutup. Permainan ini dikenal sebagai masangin atau masuk dua beringin. Hampir setiap hari puluhan orang asyik memainkan permainan penuh mitos ini. Sebagian bermain karena memang percaya dengan mitos tersebut sementara sebagian lain hanya untuk seru-seruan saja. Peraturan permainan ini cukup sederhana. Setiap orang yang ingin masangin harus menutup matanya kemudian berjalan lurus dengan start dari depan Sasono Hinggil. Jarak dari titik start hingga ke pohon beringin hanya sekitar 20 meter saja. Banyak orang meremehkan permainan ini dan yakin bahwa melewati kedua pohon beringin dengan mata tertutup bukan hal sulit. Tapi, hanya dalam hitungan menit, banyak orang akan tergelak melihat mereka yang mata tertutup berjalan melenceng ke berbagai arah. Bahkan, sebagian sebenarnya berjalan memutar ke tempat start namun tidak sadar.

Permainan ini dipercaya sebagai permainan untuk mengetes kebersihan hati seseorang. Hanya mereka yang berhati bersih yang dapat melewatinya. Beberapa orang juga percaya bahwa siapapun yang berhasil melewati dua beringin, keinginan mereka akan dapat tercapai. Konon mitos tentang dua beringin ini sudah dimulai dari ratusan tahun lalu. Ketika itu, dipercaya bahwa di antara kedua beringin terdapat rajah yang fungsinya untuk menolak bala agar tidak dapat menembus Keraton. Dan, orang-orang kala itu diwajibkan untuk berjalan melewati beringin untuk melihat apakah orang tersebut punya niat buruk atau tidak. Bagi mereka yang berhati bersih akan dapat menembus beringin dan sebaliknya.

Hiburan Rakyat Murah Meriah

Alun-Alun Kidul kini dikenal sebagai pusat hiburan rakyat murah meriah. Di sore hari, tempat ini biasa dipenuhi oleh anak-anak kecil ditemani orang tua yang datang bermain sekedar hanya berlarian di rerumputan atau membeli mainan anak-anak harga miring yang banyak dijajakan oleh penjual lokal. Beberapa pedagang mulai menyiapkan lapak berdagang mereka yang siap menjamu pengunjung di malam hari.

Ketika hari beranjak malam, giliran anak-anak muda yang mencari hiburan wisata malam. Datang berkelompok terutama mahasiswa-mahasiswa yang menuntut ilmu di Jogja tampak bersemangat menikmati hiburan murah ala rakyat. Sepeda tandem hias dan juga odong-odong dengan lampu hias warna-warni jadi rebutan di alun alun Jogja malam hari. Di sepanjang trotoar, sejumlah pedagang minuman dan makanan tampak melayani sejumlah pembeli yang antusias mengisi perut. Dengan berbagai hiburan yang ditawarkan, tidak jarang Alun-Alun Kidul bahkan masih dikunjungi hingga menjelang subuh oleh mereka penggemar angkringan.

Alamat                  : Jl. Alun-alun Kidul, Patehan Kraton

Koordinat GPS   : -7.811864, 110.363081