Mengenang Sejarah di Monumen Jogja Kembali
Indonesia merupakan sebuah negara yang memperoleh kemerdekaan setelah beratus-ratus tahun berjuang. Ada banyak peristiwa sejarah yang terjadi. Salah satunya terjadi di Yogyakarta. Sebuah peristiwa yang memperlihatkan bahwa proses untuk memperoleh kemerdekaan bukan hal yang mudah. Banyak nyawa yang berkorban demi mencapai kemerdekaan. Untuk mengenang setiap peristiwa tidak sedikit yang membuat monumen. Begitu pula yang ada di Jogja. Sebuah monumen yang memperlihatkan detik-detik peristiwa tersebut berlangsung, peristiwa dimana TNI menguasai Jogja selama 6 jam dan membuat Belanda harus mundur untuk meminta bantuan. Peristiwa yang berlangsung pada 1 Maret 1949 pada pukul 06.00 pagi hingga 12.00 siang. Semua ini bisa di lihat dioramanya di Museum Jogja Kembali.
Monumen Untuk Mengenang Sejarah
Monumen Jogja Kembali nama monumen tersebut. Dibangun pada 29 Juni 1985 dimana peletakan batu pertama monumen yang memiliki tinggi 31,8 meter dilakukan Sri Sultan Hamengkubuwono XI. Peletakan batu pertama monumen yang juga sering disebut Monjali ini dilakukan setelah melakukan upacara tradisional dengan menanam kepala seekor kerbau. Monumen tersebut diresmikan Presiden Soeharto dengan menandatangani prasasti. Baik bentuk maupun peletakan bangunan bukan asal-asalan.
Terdapat makna yang tidak hanya berhubungan dengan sejarah namun juga budaya. Monjali berbentuk seperti gunung sebagai simbol kesuburan dan sebagai bagian dari upaya untuk melestarikan budaya nenek moyang. Kemudian peletakan bangunan berada pada sumbu imajiner dimana sumbu tersebut merupakan penghubung antara Merapi, Tugu, Keraton, Panggung Krapyak dan Parangtritis. Saat Anda mengunjungi monumen ini, Anda bisa melihat titik imajiner tepatnya pada tempat tiang bendera berada yang ada di lantai tiga.
Berbeda dengan Museum Gunung Merapi, Monjali menjadi pengingat kembalinya Presiden Soekarno, Wapres Mohammad Hatta dan tokoh nasional lain di Yogyakarta pada 6 Juli 1949 setelah Yogyakarta ditetapkan sebagai Ibukota Indonesia. Pada 29 Juni 1949 sebagai lambang berfungsinya kembali pemerintahan Indonesia setelah sempat dikuasai Belanda namun berkat serangan selama 6 jam yang dilakukan TNI pada 1 Maret 1949 berhasil mengubah pandangan dunia. Melemahkan pasukan Belanda sebelum mereka mencari bantuan dan mendorong terjadinya perjanjian Roem Royen. Itulah mengapa tempat ini begitu bersejarah dan setiap proses perjuangan yang dilakukan bisa dilihat di dalam monumen tersebut.
Mengintip Bagian Dalam Monumen
Begitu Anda memasuki area monumen yang berdiri di atas tanah seluas 5,6 hektar ini, Replika Pesawat Cureng dan Pesawat Guntai akan menyambut dengan gagahnya. Kedua replika pesawat tersebut masing-masing berada di dekat pintu bagian timur dan dekat pintu bagian barat.
Kemudian pada saat menaiki podium bagian barat dan timur, sebelum menuju pelataran bagian depan Monumen, Anda bisa melihat dua senjata mesin dengan roda lengkap dengan dudukannya. Sampai di bagian ujung pelataran Anda bisa mellihat dinding yang memuat 420 nama pejuang yang gugur di medan perang antara 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949. Bagi pahlawan yang tidak diketahui namanya dituliskan puisi Chairil Anwar, Karawang Bekasi untuk menghormati mereka.
Bagian dari Sejarah Penting Indonesia
Sebelum berkunjung ke Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, ada baiknya memang mengunjungi Monjali. Monumen ini terdiri dari empat ruang yang memiliki sekitar 1000 koleksi yang berkaitan dengan peristiwa 1 Maret, perjuangan sebelum merdeka hingga saat Yogyakarta menjadi ibukota Indonesia.
Selain itu tandu Jenderal Sudirman, seragam para Tentara Pelajar juga tersimpan rapi. Kemudian Anda bisa melihat 40 relief yang menggambarkan peristiwa sejarah perjuangan para pahlawan sepanjang 17 Agustus 1945 hingga 28 Desember 1949 pada dinding yang melingkari bangunan.
Jangan Sampai Melupakan Sejarah
Jika berkunjung ke Museum Affandi Anda bisa melihat lukisan karya Affandi maka di Monjali Anda melihat perjalanan sejarah Indonesia khususnya di Yogyakarta. Bagian dalam bangunan Anda bisa melihat 10 diorama yang menggambarkan situasi saat itu, lengkap dengan suara.
Sedangkan pada lantai teratas merupakan ruangan yang bernama Garbha Graha, bentuknya melingkar dan hening. Biasanya digunakan untuk mendoakan para pahlawan. Di bagian tengah ruangan tersebut terdapat tiang bendera dengan bendera merah putih yang terpasang. Bagaimana? Tertarik berkunjung ke Monumen Jogja Kembali?