Tempat Nongkrong Jogja : Titik Nol kilometer Yogyakarta
Suara tawa anak-anak muda terdengar jelas di keriuhan malam kota Jogja. Di wajah mereka terpasang senyum lebar dan sorot mata penuh dengan energi seakan sanggup menelan bulat-bulat malam di kota pelajar ini hingga waktu Subuh tiba. Kendaraan bermotor yang berlalu lalang tidak jadi gangguan justru membuat mereka semakin riuh. “Fotoin aku dong! Ayo-ayo sini foto bareng!” ucap mereka sembari mengayunkan lengan dan memberikan smartphone pada temannya. “Yang bagus ya fotonya” lanjut mereka dan segera berpose unyu-unyu. Sebagian berpose berdiri sementara yang lain nampak santai duduk beralaskan semen. Berjarak beberapa ratus meter dari pusat keriuhan itu, beberapa landmark kota Jogja berdiri tegak, Kantor Pos Pusat, Bank Indonesia, Gedung Agung Jogja, Benteng Vredeburg dan gerbang menuju Keraton Yogyakarta dan Alun-alun Kidul. Yup! Nol Kilometer Jogja yang jadi magnet ratusan pengunjung setiap malam dan lokasi spot foto Malioboro paling banyak dicari.
Berada di kawasan Malioboro, sebagian orang menyebutnya Nol Kilometer Malioboro. Di titik inilah perlintasan nol kota Jogja yang juga jadi tempat nongkrong malam di Jogja. Wajib bagi tiap mahasiswa baru asal luar Jogja yang baru saja menginjakkan kaki di kota ini untuk mengambil selfie di Nol Kilometer dan mempostingnya di akun sosial media. Istilahnya, jadi bukti keeksisan selama menghabiskan waktu di kota penuh nuansa tradisional ini. Tidak ada landmark yang menonjol disini selain sebuah papan peringatan resmi yang berada tepat di depan bekas bangunan bernama Senisono.
Pecinta hiburan malam di Jogja akan dimanjakan dengan penampilan pengamen dan musisi jalanan yang kerap mengambil panggung di kawasan trotor Nol Kilometer Jogja. Lupakan kafe atau bar di wilayah Jogja, cukup datang ke Nol Kilometer dan penat akan hilang seketika. Ruang terbuka di sekitar Monumen Serangan Umum Satu Maret juga kerap difungsikan sebagai tempat konser umum yang menghadirkan sejumlah musisi lokal terkenal. Kita bahkan akan lebih dimanjakan dengan kuliner jalanan yang dijajakan penjual kaki lima di kawasan ini. Lokasi Nol Kilometer Jogja yang strategis juga membuat kawasan ini jadi sentra perekonomian. Pasar Bringharjo misalnya yang hanya berjarak dua ratus meter dari Nol Kilometer dan jadi tempat perputaran uang ratusan juta hingga miliaran rupiah setiap harinya.
Ternyata, Nol Kilometer Jogja, salah satu pusat wisata malam paling terkenal di Jogja tidak selalu berpenampilan seperti sekarang. Hingga awal tahun 1980an, tepat di tengah perempatan yang kini ramai ini dulu berdiri sebuah air mancur kota. Nah, air mancur inilah yang dulu jadi penanda tempat dimana nol kilometer berada. Meski berbeda penampilan namun lokasi ini selalu jadi magnet keramaian. Hanya saat hujan saja lokasi ini jadi sepi pengunjung. Selebihnya, selalu dipadati oleh pengunjung terutama wisatawan luar daerah. Sebenarnya, kawasan di sekitar lokasi nol kilometer tepat dikatakan sebagai kawasan wisata sejarah. Lihat saja Benteng Vredeburg dengan sejarahnya sebagai benteng yang aktif di masa Belanda atau Gedung Agung Jogja yang pernah difungsikan sebagai Istana Negara Presiden RI sementara.
Sejarah Nol Kilometer Jogja
Kali ini, kita akan diajak menjelajah lokasi Nol Kilometer Jogja pada zaman dulu, setidaknya hampir seratus tahun yang lalu. Tepatnya pada tahun 1916, kawasan nol kilometer ditandai dengan jam kota atau kerap disebut stadklok yang berdiri tepat di perempatan. Jam ini dibuat sebagai persembahan masyarakat Belkita untuk memperingati satu abad kembali berkuasanya Pemerintah Kolonial Belkita. Namun, jam dan prasasti kecil itu kini telah hilang.
Berjarak hanya beberapa puluh meter dari titik nol kilometer, berdiri bangunan bersejarah megah lengkap dengan halaman yang luas. Yup, inilah Gedung Agung Jogja yang pernah menjadi Istana Kepresidenan yang selesai dibangun pada tahun 1832. Berumur hampir dua ratus tahun tidak membuat Gedung Agung kehilangan aura dan pesonanya. Umur yang bertambah justru membuat pesona gedung ini makin kuat. Sebelum digunakan sebagai Istana Negara, Gedung Agung Jogja pernah difungsikan sebagai kediaman resmi penguasa Jepang dan kantor pemerintahan kolonial Belanda selama berkuasa di Indonesia.
Berada di seberang Gedung Agung Jogja, berdiri benteng tua bersejarah yang dikenal dengan Benteng Vredeburg. Jika sekarang benteng ini aktif menjadi museum dan lokasi diselenggarakannya konser musik, puluhan tahun lalu Benteng Vredeburg aktif menjadi salah satu benteng pertahanan kota Jogja dari serangan luar. Dibangun pada tahun 1760 oleh Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan orang-orang Belanda, dibutuhkan kurang lebih 17 tahun untuk menyelesaikan pembangunannya. Dahulu, benteng ini dikenal sebagai benteng peristirahatan atau benteng perdamaian yang sebagian orang sebut sebagai Lodji Gedhe. Tepat di belakang Lodji Gedhe, terdapat barak-barak tentara yang disebuat Lodji Cilik.
Potensi Obyek Wisata di Kawasan Nol Kilometer Jogja
Ini dia beberapa obyek wisata paling berpotensi di kawasan Nol Kilometer Jogja yang harus masuk di dalam daftar kunjungan:
- Taman Budaya Yogyakarta
- Taman Pintar
- Museum Benteng Vredeburg
- Pasar Bringharjo
- Malioboro
- Gedung Agung Jogja
- Keraton Yogyakarta
- Sentra Bakpia
- Taman Lampion
- Pasar Buku Shooping
Waktu yang paling pas untuk mengunjungi Nol Kilometer Jogja adalah malam hari untuk menghindari sengatan sinar matahari yang kurang nyaman. Pastikan mengenakan baju santai yang nyaman digunakan, hindari memakai sepatu atau sandal berhak tinggi dan jangan lupa bawa kamera atau smartphone untuk berfoto.
Alamat : Pertemuan Jl. Ahmad Dahlan, Jl. Panembahan Senopati dan Jl. Ahmad Yani
Koordinat GPS : -7.801363, 110.364787