Sejarah Museum Seni Lukis Kontemporer

Menyanyi, menari, menulis, melukis maupun kegiatan seni lainnya memiliki kepuasan tersendiri bagi penggemarnya. Ketika melakukannya bisa memberikan kebahagiaan tersendiri. Rasa puas dan bangga dengan pencapaian yang dimiliki. Begitu pula saat melihat dan menikmati hasil karya orang lain. Tidak jarang bisa memicu semangat untuk berkarya lebih baik atau memberikan inspirasi untuk menghasilkan karya lainnya. Itulah mengapa pameran atau museum karya seni tetap diminati oleh para penggemarnya masing-masing. Termasuk museum lukisan. Salah satunya adalah Museum Seni Lukis Kontemporer.

 

Sekilas tentang Museum Seni Lukis Kontemporer

Museum Seni Lukis Kontemporer Nyoman Gunarsa mungkin tidak seterkenal museum Ullen Sentalu. Namun tidak demikian bagi para penggemar lukisan atau para mahasiswa seni lukis. Museum ini dirintis I Nyoman Gunarsa. Nyoman Gunarsa merasa prihatin karena Yogyakarta sangat minim museum seni rupa padahal Jogja merupakan kota budaya.

 

I Nyoman Gunarsa merupakan seorang seniman asal Bali namun pernah mengenyam pendidikan di ASRI Yogyakarta dan pernah juga menjadi pengajar di tempat yang sama. Karya-karyanya banyak dipengaruhi kesenian Bali. Mulai  dari tari dan musik tradisional Bali, upacara keagamaan, cerit rakyat Bali maupun kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Gaya melukisnya pun memiliki ciri khas tersendiri. Keberadaan museum ini dikatakan juga bagian dari upaya untuk meningkatkan apresiasi masyarakat atau penggemar seni lukis pada khususnya terhadap seni lukis.

 

Peresmian Museum Kontemporer

 

Museum seni lukis kontemporer Indonesia ini terletak di Jalan Wulung, Papringan, Yogyakarta. Diresmikan KGPAA Paku Alam VIII dan Istri Duta Besar Amerika untuk Indonesia, Clare Wolfowitz pada 31 Maret 1987. Museum SLKI ini berdiri di atas lahan dengan luas 1000 meter persegi.

 

Terdiri dari dua bangunan dengan corak tradisional yang dikombinasikan corak modern. Dulunya merupakan tempat tinggal I Nyoman Gunarsa. Museum ini berisi lukisan pribadi I Nyoman Gunarsa. Lukisan-lukisan tersebut dikumpulkan dari para pelukis yang mampu mewakili kapan atau waktu karya lukis tersebut dibuat. Koleksi yang terkumpul setidaknya ada sekitar 500 lukisan.

 

Gaya Lukisan Nyoman Gunarsa

 

Gaya lukisan yang ada di Museum Affandi tentu berbeda dengan gaya lukisan Nyoman Gunarsa. Pelukis ini bisa dikatakan melukis sesuai keinginannya sendiri. Temanya pun sering berganti. Nyoman Gunarsa telah melukis gaya ekspresionis bahkan sebelum gaya lukisan tersebut populer di tahun 1950-an. Ia pun pernah melukis gaya abstrak ekspresionis setelah kenyang melukis gaya realisme.

 

Sebagian besar karyanya memang didominasi tema-tema Bali. Selain itu wayang kulit Abu Aringgit juga turut mendominasi lukisannya. Ia mengintrepretasikan setiap lukisannya berdasarkan insting. Setiap sapuan garis, titik maupun warna yang dipilih. Sehingga menghasikan karya lukis dengan sentuan yang estetik. Ia membebaskan jarinya menari dengan lincah sesuainya keinginannya.

 

Inspirasi Lukisan

 

Setiap karya seni baik lukis maupun karya lainnya lahir karena terinspirasi hal tertentu. Bahkan jika mengunjungi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala bisa dipastikan setiap benda yang ada di sana juga lahir karena inspirasi suatu hal. Begitu pula dengan lukisan karya Nyoman Gunarsa. Gaya lukisannya disebut-sebut terinspirasi para penari Bali. Lukisannya disebut-sebut sebagi ruang dan gerak.

 

Itulah mengapa lukisannya pun memperlihatkan kebebasan baik dalam sapuan garis lukisan maupun pilihan warnanya. Lukisannya menggunakan cat minyak dan cat air dengan sapuan warna maupun garis-garis yang tidak beraturan. Namun mampu menghasilkan karya yang mengagumkan dan tidak sedikit para pelukis pemula yang mengagumi dan terinspirasi karya-karyanya.

 

Seni mengunjungi sebuah museum adalah bisa belajar sejarah dan memperoleh inspirasi dari apa yang dilihat di museum tersebut. Termasuk saat mengunjungi museum geoteknologi mineral. Karena setiap benda yang disimpan sebagaimana karya seni yang disimpan. Tidak hanya untuk dinikmati dan dilihat namun dipelajari. Bagaimana karya tersebut dibuat dan apa yang menginspirasi.

 

Sebuah karya bisa dinikmati ketika bisa menghargai bagaimana cara memperoleh atau membuatnya. Setiap karya membutuhkan inspirasi begitu pula dengan seni rupa. Mengunjungi museum tidak hanya memberikan hiburan tetapi juga sarana untuk belajar dan mengapresiasi karya orang lain. Termasuk saat mengunjungi Museum Seni Lukis Kontemporer Indonesia inisiasi I Nyoman Gunarsa tersebut.