10 Keunikan Wisata Sejarah Museum Puro Pakualaman Yogyakarta

Halaman luas dipayungi pepohonan beringin berusia ratusan tahun menyambut setiap orang yang memasuki halaman keraton Pakualaman. Nuansa Jawa kuno jelas terasa dari bangunan yang bergaya Jawa dengan ukiran-ukiran khas melambangkan kejayaan kerajaan.

Masih kokoh berdiri, kompleks Puro Pakualaman menjadi saksi bisu upaya Belanda untuk memecah belah Keraton Kasultanan Yogyakarta yang kala itu dirasa terlalu kuat. Lebih dari dua ratus tahun silam, Belanda bercokol erat di Yogyakarta dan Kasultanan Yogyakarta tunduk terhadap penjajah asal Eropa ini. Kasultanan Yogyakarta, satu-satunya kerajaan yang masih berdiri di Jogja jelas punya pengaruh yang kuat di wilayah Jogja. Belanda sadar akan hal ini dan merasa terancam. Dengan taktik yang biasa digunakan, Belanda memaksa membentuk Pakualaman, dengan tujuan untuk memecah kekuatan Kasultanan Yogyakarta dengan mendudukkan saudara dari Sultan Hamengkubuwono saat itu sebagai raja baru di Pakualaman. Meski sempat gagal rencana tersebut akhirnya terlaksana pada tahun 1812. Pangeran Notokusuma yang notabene saudara dari Sultan HB II diangkat sebagai raja Pakualaman. Sejak itu, Pakualaman masuk ke dalam peta kerajaan di wilayah Indonesia dan kini masyarakat pun mengenal dengan baik Museum Puro Pakualaman sebagai salah satu obyek wisata budaya Jogja.

 

Pembangunan Istana Puro Pakualaman

Pada 17 Maret 1813, Istana Puro Pakualaman mulai resmi dibangun. Istana ini mengambil tempat di antara Sungai Bogowonto dan Sungai Progo. Meskipun berdiri terpisah dari Kasultanan Yogyakarta namun Pakualaman tetap menghormati Kasultanan sehingga bangunan istana pun menghadap ke selatan dan dirancang oleh KGPA Paku Alam I sendiri yang tidak lain adalah ahli arsitektur.

 

Istana Museum Puro Pakualaman

Museum Puro Pakualaman bukan museum khusus yang terletak di dalam kompleks keraton tetapi satu kompleks utuh itu sendiri yang dikemas khusus sebagai museum dan terbuka untuk umum. Alun-Alun Sewandanan yang berada tepat di depan Keraton Pakualaman menjadi halaman terbuka yang seakan menyambut hangat setiap pengunjung. Memasuki bagian dalam kompleks keraton, terdapat pendapa Bangsal Sewotomo dan taman yang terawatt cantik. Tepat di depan pendapat, seperangkat alat gamelan Jawa yang dinamakan Kyai Kebogiro tertata apik. Setiap hari minggu pon, pemain musik gamelan Pakualaman tidak pernah absen memainkan tembang-tembang Jawa dengan menggunakan gamelan tersebut. Melangkah ke dalam pendapa, pengunjung bisa menyaksikan beberapa koleksi tradisional seperti pusaka khas Jawa sembari menjelajah beberapa ruangan diantaranya Purwaretna, Bangsa Parangkarsa, Gedung Maerakaca, Bangsa Sewarengga dan kamar pusaka. Di tempat inilah Sri Paku Alam dan keluarga berkumpul dan bercengkerama.

 

Ruangan Khusus Museum

Masih di kompleks Pura Pakualaman, pengunjung juga bisa mengunjungi perpustakaan yang berada di sisi barat pendapa. Perpustakaan yang berusia ratusan tahun ini dihuni oleh berbagai koleksi naskah termasuk karya sastra dan cerita sejarah misalnya Serat Dharma Wirayat yang ditulis oleh Sri Paku Alam III. Menjelajah ruangan khusus Museum Puro Pakualaman, terdapat tiga bagian yang berbeda dengan berbagai koleksi yang bervariasi. Ruangan pertama misalnya diisi oleh dokumen struktur keluarga dan daftar silsilah keluarga Paku Alam, koleksi foto Sri Paku Alam berukuran besar, dokumen perjanjian politik dengan Belanda dan Inggris serta berbagai atribut kerajaan.

 

Berbeda halnya dengan ruangan kedua yang berisi koleksi senjata kuno, busana prajurit dan perangkat busana Raja Pakualaman beserta permaisuri. Seperangkat singgasana yang diperuntukkan pada Pangeran Adipati Praja Paku Alaman juga tersimpan apik disini. Singgasana tersebut terdiri dari sebuah meja bundar dan dua kursi kebesaran yang berhiaskan ukiran berwarna kuning dan merah. Ruangan Museum Puro Pakualaman ini juga menyimpan satu set tombak khusus yang digunakan secara khusus dalam tarian Bondo Yudho. Sedangkan ruangan terakhir berisikan kereta kuda keraton yang bernamakan Kereta Kiai Manik Koemolo, hadiah khusus dari Raffles yang diberikan pada tahun 1814. Berada tepat di bagian belakang istana, pengunjung bisa menyaksikan tempat meditasi raja di bawah pohon Gandaria.

 

Meskipun tidak seterkenal Keraton Kasultanan Yogyakarta, namun Puro Pakualaman beserta Museum Puro Pakualaman punya cerita dan koleksi sejarah tersendiri. Salah satu kekayaan wisata budaya Jogja yang layak untuk dijaga.

Alamat                  : Jl. Sultan Agung, Yogyakarta

Koordinat GPS   : -7.800403, 110.376194

No Telepon        : (0274) 562161

Tiket Masuk       : Sukarela