10 Alasan Kenapa Museum Benteng Vredeburg Tidak Pernah Sepi

Di tengah keramaian pusat kota Jogja, sebuah bangunan besar bergaya kolonial Belanda terlihat mencolok. Tidak salah memang jika bangunan ini dikelilingi oleh tembok besar dan tinggi karena dahulu difungsikan sebagai sebuah benteng. Benteng Vredeburg, begitu kolonial Belanda menyebutnya hingga sekarang dikenal oleh masyarakat Jogja. Hampir seratus tahun yang lalu, bukan pemandangan asing melihat tentara Belanda berlalu-lalang di sekitar Benteng. Di salah satu sisi yang menghadap Jalan Malioboro, pintu gerbang megah dengan tulisan Vredeburg terpampang jelas menjadi penghubung dua masa waktu yang berbeda, Jogja di masa kini dan Jogja di masa lalu. Hanya beberapa langkah dari gerbang, bangunan kuno khas Belanda dengan jendela besar dan memanjang terlihat sangat cantik. Tidak heran jika benteng ini kerap disebut sebagai salah satu wisata sejarah Jogja paling terkenal dan termasuk dalam daftar museum Jogja.

Lokasi Benteng

Alasan pertama adalah lokasi Museum Benteng Vredeburg yang teletak tak jauh dari alun-alun kota Yogya, yang berarti bahwa tempat ini berada cukup dekat dengan keraton. Terletak di jalan A. Yani no.6, sebetulnya saying jika Anda melewatkan tempat ini jetima menyusuri alun-alun kota. Jalan A. Yani ini akan berujung pada aluun-alun utara yang menjadi bagian dari Keraton Jogja. Terletak di ujung jalan Malioboro, benteng ini menjadi saksi bisu perjalanan kota Yogyakarta dalam melawan penjajahan Belanda.

Sejarah Berdirinya Benteng

Ketika pemerintah Belanda membangun rumah Residen Belanda (Gedung Agung sekarang), mereka ingin memiliki bangunan yang bisa melindungi rumah tersebut. Akhirnya Belanda membangun benteng ini demi melindungi orang-orang Belanda dan pemukimannya dari kemungkinan serangan yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta dan meriamnya. Namun, sebelum diubah menjadi benteng, tempat ini merupakan bunker atau tempat perlindungan tentara Belanda, dikenal dengan nama Rusten Burg. Sr Sultan Hamengku Buwono I mendirikan benteng ini pada tahun 1760 atas permintaan Belanda.

 

Selain untuk melindungi pemukiman warga Belanda, Belanda pun memiliki maksud lain, yaitu menjadikan benteng ini sebagai tempat untuk mengawasi kegiatan Sultan. Di dalam keraton ada meriam yang mengarah ke pemukiman warga Belanda, di dalam benteng ada meriam yang mengarah ke keraton.  Meriam itu dimaksudkan untuk berjaga-jaga terhadap Sultan dan kemungkinannya memberontak. Karena lokasi keraton dan benteng yang dekat, tentu saja akan mudah untuk menghancurkannya jika dirasa perlu.

 

Alasan kedua mengapa banyak wisatawan yang datang ke benteng ini adalah mereka ingin melihat bentuknya yang unik. Awalnya, Benteng Vredeburg berbentuk bujursangkar dilengkapi oleh penjagaan ditiap sudutnya. Namun, Frans Haak mengubah bentuknya menjadi benteng pada tahun 1765 dengan mengambil konsep desain benteng dari Eropa. Ciri khasnya, ada parit dalam di sekeliling benteng dengan tembok lebar yang bisa dilewati prajurit ketika berpatroli atau menembak. Waktu pembangunan memakan 23 tahun karena bentrokan dengan penguasa Yogyakarta yang tidak berkenan dengan hal ini.

Ketiga, seiring perjalanan waktu, benteng ini sering menjadi tahanan bagi pemimpin Jogja yang memberontak terhadap kekuasaan Belanda. Mereka akan ditahan di sini sebelum akhirnya diasingkan ke luar Jawa. Di tempat ini pula, Danurejo IV, kerabat Sultan namun bekerja sama dengan Belanda merencanakan taktik penangkapan Pangeran Diponegoro yang sangat menentang Belanda. Keempat, Anda bisa melihat banyaknya peristiwa sejarah yang berlangsung di tempat ini dan betapa tempat ini memegang peranan penting dalam sejarah bangsa.

Kelima, Gubernur Belanda saat itu, W.H. Ossenberg menginginkan penyempurnaan benteng dan akhirnya menyebutnya sebagai Rustenberg, atau benteng peristirahatan. Namun, proses penyempurnaan tersebut memakan waktu lama karena Sultan sedang sibuk dengan proses pembangunan keraton. Pembangunan ini merupakan bagian dari proses pemisahan Kerajaan Mataram menjadi Kasultanan Ngayogyakarta (dipimpin Pangeran Mangkubumi) dan Kasultanan Surakarta (dipimpin Sunan Pakubuwono III). Jika dilihat dari ceritanya, bisa dibayangkan betapa pentingnya peran benteng ini pada masa itu.

Keberadaan Benteng di Jaman Modern

Alasan keenam mengapa benteng ini sering dikunjungi pengunjung adalah seringnya tempat ini dimasukkan ke dalam paket wisata edukasi yang sering ditawarkan oleh agen-agen perjalanan atau agen turisme dan guide. Dengan wisata edukasi, Anda akan dibawa ke tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan seni, jadi tidak terbatas hanya mengunjungi tempat yang paling terkenal atau popular saja. Anda bisa memilih paket wisata murah yang tidak akan membuat kantong Anda bolong namun Anda bisa belajar banyak hal darinya. Dan wisatawan yang tertarik pada bidang sejarah tidak akan melewatkan tawaran ini.

Ketujuh, meskipun benteng ini tergolong sebagai bangunan tua, tapi kondisinya masih terjaga dengan apik. Tamannya indah dan selalu terpangkas rapi dan juga ada bangku taman dari beton yang menyediakan tempat beristirahat yang rindang jika Anda lelah. Cat bangunan pun selalu diperbaharui sehingga tidak ada kesan lusuh. Kedelapan, museum ini memiliki diorama tentang kemerdekaan Indonesia. Jika Anda masuk ke dalam bangunan ini, Anda bisa melihat berbagai macam foto dan juga diorama dari masa-masa Pangeran Diponegoro sampai pada masa revolusi kemerdekaan.

Daya Tarik Benteng

Alasan kesembilan mengapa benteng ini selalu ramai oleh pengunjung adalah lengkapnya detil keterangan dari tiap ruang dan koleksi yang ada. Gudang senjata berat, gedung ppengapit, atau pintu gerbang akan ditulis dengan lengkap dan disertai keterangan, sehingga Anda bisa mengetahui fungsinya meski Anda tidak ditemani oleh pemandu wisata. Alasan kesepuluh adalah harga tiket museum benteng Vredeburg yang cukup terjangkau. Belum lagi lokasi benteng yang dikelilingi tanaman rindang sehingga Anda bisa beristirahat sambil menikmati pemandangan sekitar. Museum ini buka dari hari Selasa sampai Jumat dari pukul delapan pagi sampai pukul empat sore. Pada akhir pekan, dibuka dari pukul delapan pagi sampai pukul lima sore. Benteng Vredeburg tutup setiap Senin sementara hari besar tetap buka.

Tiket masuk                      : Rp. 2.000 (dewasa)
Rp. 1.000 (anak-anak)
Alamat                               : Jl. Ahmad Yani No.6, Ngupasan, Gondomanan, Kota Yogyakarta
Koordinat GPS                 : -7.800308, 110.366538
Nomor telepon                 : (0274) 586934
Waktu Operasional         : Selasa – Minggu 07.30 WIB – 16.00 WIB