Candi Borobudur adalah candi Buddha terbesar di dunia dan salah satu monumen keagamaan paling penting di Indonesia. Terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, candi ini merupakan warisan budaya yang sangat bernilai dan diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO sejak tahun 1991.
Sejarah dan Latar Belakang Candi Borobudur
Candi Borobudur memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan perkembangan agama Buddha dan dinasti yang berkuasa di Jawa pada masa itu. Berikut adalah penjelasan detail mengenai sejarah dan latar belakang Candi Borobudur:
1. Masa Pembangunan (Abad ke-8 hingga ke-9 Masehi)
Candi Borobudur dibangun pada masa dinasti Syailendra, salah satu dinasti terbesar di Jawa Tengah yang berkuasa pada abad ke-8 hingga ke-9 Masehi. Dinasti Syailendra dikenal sebagai pendukung utama agama Buddha Mahayana, yang kemudian menjadi pengaruh utama dalam pembangunan Borobudur.
Pembangunan candi ini diperkirakan dimulai pada tahun 780 M dan selesai sekitar tahun 825 M, selama pemerintahan Raja Samaratungga, salah satu raja dari dinasti Syailendra. Candi Borobudur dibangun sebagai monumen keagamaan untuk menghormati Buddha dan juga sebagai tempat ziarah bagi umat Buddha.
2. Pengaruh Agama dan Budaya
Borobudur adalah simbol kekuatan dan kemegahan agama Buddha pada masa itu. Arsitekturnya menggabungkan unsur lokal, yaitu gaya bangunan punden berundak yang merupakan tradisi megalitik asli Nusantara, dengan ajaran Buddha yang datang dari India. Konsep mandala dalam candi ini mencerminkan alam semesta dalam kepercayaan Buddha, yang terdiri dari tiga tingkat eksistensi: Kamadhatu (dunia keinginan), Rupadhatu (dunia bentuk), dan Arupadhatu (dunia tanpa bentuk).
Candi ini dibangun menggunakan batu andesit yang diambil dari pegunungan vulkanik di sekitarnya, dan arsitekturnya menunjukkan kecanggihan dalam perhitungan geometris, simbolisme keagamaan, serta teknik konstruksi.
3. Penurunan dan Kejatuhan Borobudur
Setelah masa kejayaan dinasti Syailendra, sekitar abad ke-10, kerajaan di Jawa mengalami pergeseran kekuasaan ke arah Jawa Timur. Dengan berpindahnya pusat politik dan kekuasaan, Candi Borobudur mulai terlupakan dan tidak lagi digunakan sebagai pusat keagamaan.
Selain itu, letusan gunung berapi di sekitarnya dan pengaruh alam, seperti gempa bumi, menyebabkan candi ini tertimbun oleh abu vulkanik dan hutan lebat. Borobudur pun terlupakan oleh masyarakat selama berabad-abad.
4. Penemuan Kembali di Abad ke-19
Candi Borobudur kembali ditemukan pada tahun 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, seorang gubernur kolonial Inggris di Jawa. Ia mendengar kabar dari penduduk setempat tentang sebuah bangunan besar yang tersembunyi di bawah lapisan tanah dan tumbuhan. Raffles kemudian mengirim tim untuk melakukan penggalian dan membersihkan area di sekitar Borobudur.
Penemuan ini mengundang perhatian dunia internasional. Meski begitu, Borobudur pada awalnya tetap tidak terurus dengan baik, dan beberapa bagian candi rusak akibat pencurian artefak serta pelapukan oleh alam.
5. Restorasi Besar-besaran
Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, pemerintah Hindia Belanda mulai melakukan upaya restorasi Candi Borobudur. Restorasi ini dimulai secara serius oleh insinyur Belanda Theodoor van Erp pada tahun 1907–1911, yang memperbaiki beberapa bagian candi yang rusak.
Restorasi besar-besaran dilakukan lagi antara tahun 1973 hingga 1982, atas kerja sama antara pemerintah Indonesia dan UNESCO. Proyek ini melibatkan upaya besar untuk membongkar dan membangun kembali struktur candi, mengganti batu yang rusak, serta memperbaiki sistem drainase untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Proyek ini menyelamatkan Borobudur dari ancaman keruntuhan dan menjadikannya salah satu monumen terpenting di dunia.
6. Borobudur Sebagai Situs Warisan Dunia
Setelah restorasi, Borobudur diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1991. Pengakuan ini menempatkan Borobudur sebagai salah satu warisan budaya paling penting di dunia, yang mewakili perpaduan budaya lokal dengan pengaruh agama Buddha dari India.
Selain sebagai tempat ziarah keagamaan, Borobudur kini menjadi salah satu destinasi wisata terpopuler di Indonesia, menarik jutaan pengunjung setiap tahun, baik untuk tujuan spiritual maupun wisata budaya.
7. Peranan dalam Kehidupan Modern
Candi Borobudur masih berfungsi sebagai tempat penting bagi umat Buddha, khususnya pada perayaan Waisak, yang merayakan kelahiran, pencerahan, dan kematian Buddha Gautama. Setiap tahun, ribuan umat Buddha dari seluruh dunia berkumpul di Borobudur untuk mengikuti ritual keagamaan.
Borobudur juga berperan penting dalam memperkenalkan kebudayaan dan sejarah Indonesia ke dunia internasional, serta menjadi simbol kebanggaan nasional bagi rakyat Indonesia.
Sejarah Candi Borobudur adalah cermin dari dinamika politik, keagamaan, dan budaya di Indonesia, khususnya di Jawa. Dari kejayaannya di bawah dinasti Syailendra, terlupakan selama berabad-abad, hingga restorasi dan pengakuan sebagai warisan dunia, Borobudur tetap menjadi simbol ketahanan budaya dan keagamaan.
Desain dan Struktur Candi Borobudur
Candi Borobudur adalah sebuah mahakarya arsitektur dan seni yang sangat kompleks, dengan desain yang memadukan filosofi Buddha Mahayana dan tradisi arsitektur Nusantara. Bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol perjalanan spiritual menuju pencerahan. Berikut penjelasan mengenai desain dan struktur Candi Borobudur:
1. Bentuk Umum dan Arsitektur
Borobudur berbentuk punden berundak, yaitu struktur piramida bertingkat yang menjadi ciri khas bangunan megalitik Nusantara. Secara keseluruhan, candi ini memiliki 10 tingkat, terdiri dari enam teras berbentuk bujur sangkar di bagian bawah, tiga teras melingkar di bagian tengah, dan sebuah stupa besar di puncak.
Borobudur dibangun dengan desain geometris yang sangat presisi, dan dari pandangan udara, candi ini berbentuk mandala, sebuah diagram kosmologi yang melambangkan alam semesta dalam kepercayaan Buddha. Desain mandala mencerminkan keteraturan kosmis dan menjadi simbol spiritualitas.
2. Tiga Tingkat Eksistensi (Kosmologi Buddha)
Struktur Candi Borobudur dibagi menjadi tiga bagian yang melambangkan tiga tingkat eksistensi dalam ajaran Buddha, yaitu:
• Kamadhatu (Dunia Nafsu): Ini adalah tingkat dasar yang melambangkan dunia manusia yang masih terikat oleh keinginan dan hawa nafsu. Pada bagian ini, terdapat 160 panel relief yang menggambarkan kehidupan sehari-hari manusia dan ajaran moralitas. Namun, sebagian dari relief ini tertutup oleh struktur batu tambahan untuk memperkuat candi.
• Rupadhatu (Dunia Bentuk): Ini adalah empat tingkat persegi berikutnya yang melambangkan dunia bentuk, di mana manusia telah mulai melepaskan diri dari keinginan duniawi tetapi masih terikat pada bentuk fisik. Pada bagian ini, terdapat 1.300 panel relief yang menggambarkan ajaran-ajaran Buddha dan kisah Jataka (riwayat hidup Buddha sebelumnya). Di sini juga terdapat 432 patung Buddha yang ditempatkan dalam relung-relung di dinding.
• Arupadhatu (Dunia Tanpa Bentuk): Bagian tertinggi dari candi adalah tiga tingkat melingkar yang melambangkan dunia tanpa bentuk, di mana manusia telah mencapai pencerahan spiritual dan tidak lagi terikat pada bentuk fisik. Pada bagian ini, terdapat 72 stupa kecil berbentuk lonceng berlubang yang mengelilingi stupa utama di puncak. Di dalam setiap stupa kecil ini, terdapat patung Buddha yang duduk dalam posisi meditasi. Tingkat ini bebas dari dekorasi relief, menandakan kebebasan dari keinginan duniawi.
3. Stupa Utama dan Stupa-Stupa Kecil
Di bagian puncak candi terdapat stupa utama, yang berdiameter 9,9 meter dan tingginya mencapai 7 meter. Stupa utama ini merupakan simbol puncak spiritual dalam ajaran Buddha, yaitu Nirwana atau pencerahan tertinggi. Stupa utama melambangkan pencapaian puncak dari perjalanan spiritual manusia.
Stupa utama ini dikelilingi oleh 72 stupa kecil yang berbentuk lonceng, dengan lubang-lubang segitiga dan persegi. Stupa-stupa ini diatur secara simetris dalam tiga lapisan melingkar. Di dalam setiap stupa kecil tersebut terdapat patung Buddha yang duduk dalam posisi meditasi.
4. Relief-Relief dan Patung Buddha
Candi Borobudur terkenal dengan relief-reliefnya yang sangat detail dan rumit. Terdapat lebih dari 2.600 panel relief yang menghiasi dinding candi, menjadikannya sebagai rangkaian relief Buddha terbesar dan terlengkap di dunia. Relief-relief ini menggambarkan berbagai cerita, seperti:
• Karmawibhangga: Menggambarkan hukum sebab-akibat (karma) dan kehidupan manusia di dunia Kamadhatu.
• Jataka dan Awadana: Kisah-kisah kehidupan Buddha di masa lalu dan kehidupan tokoh-tokoh suci lainnya.
• Lalitawistara: Menggambarkan kehidupan Buddha Gautama, dari kelahirannya hingga mencapai pencerahan.
Selain itu, terdapat 504 patung Buddha yang tersebar di seluruh candi, masing-masing berada dalam posisi mudra, yaitu gerakan tangan yang melambangkan berbagai aspek kehidupan Buddha. Patung-patung Buddha ini ditempatkan dalam relung di sepanjang dinding dan di dalam stupa-stupa.
5. Ukuran dan Material
• Ukuran: Candi Borobudur memiliki panjang sisi sekitar 123 meter dan tinggi mencapai 35 meter. Struktur ini terdiri dari sekitar 2 juta balok batu andesit, yang disusun tanpa menggunakan perekat, hanya mengandalkan teknik penyusunan batu yang sangat presisi.
• Material: Batu yang digunakan adalah batu andesit, jenis batu vulkanik yang berasal dari gunung berapi di sekitar Jawa Tengah. Batu ini dipotong dan diukir untuk membentuk relief dan struktur candi.
6. Sistem Drainase
Salah satu keunggulan teknis dari desain Candi Borobudur adalah sistem drainase yang sangat canggih. Untuk mencegah kerusakan akibat hujan, candi ini dilengkapi dengan saluran air tersembunyi dan pipa-pipa pembuangan di setiap sudut dan tingkat. Sistem ini dirancang untuk mengalirkan air hujan secara efisien tanpa merusak struktur bangunan.
7. Orientasi dan Konsep Geometris
Candi Borobudur dibangun dengan orientasi yang sangat presisi, menghadap ke timur. Bangunan ini dirancang dengan menggunakan konsep geometris yang rumit, di mana setiap tingkat dan bagian memiliki makna simbolis terkait dengan perjalanan spiritual dalam agama Buddha. Puncak stupa utama berada tepat di tengah candi, melambangkan pusat alam semesta.
Desain dan struktur Candi Borobudur merupakan perpaduan dari arsitektur, seni, dan filosofi spiritual yang mendalam. Setiap bagian candi, dari relief-relief hingga stupa utama, tidak hanya berfungsi sebagai elemen fisik tetapi juga simbolis dari perjalanan menuju pencerahan. Kompleksitas dan keindahan arsitektur Borobudur menjadikannya salah satu monumen paling luar biasa di dunia, yang merefleksikan kekayaan budaya dan spiritual Indonesia di masa lampau.
Filosofi Candi Borobudur
Candi Borobudur bukan hanya sebuah bangunan megah, tetapi juga sebuah simbol spiritual yang dalam ajaran Buddha Mahayana menggambarkan perjalanan jiwa menuju pencerahan. Setiap bagian candi memiliki makna filosofi yang mendalam, yang berkaitan erat dengan ajaran-ajaran Buddha mengenai kehidupan, karma, dan pencapaian Nirwana. Berikut adalah penjelasan mengenai filosofi Candi Borobudur:
1. Konsep Kosmologi Buddha
Borobudur dirancang sebagai mandala, yaitu diagram sakral yang dalam agama Buddha dan Hindu menggambarkan alam semesta. Bentuk mandala ini mencerminkan keteraturan kosmis dan struktur alam semesta, serta menggambarkan perjalanan batin dari dunia material menuju pencerahan spiritual. Borobudur dibagi menjadi tiga bagian utama, yang melambangkan tiga tingkatan eksistensi dalam kosmologi Buddha:
a. Kamadhatu (Dunia Nafsu)
• Kamadhatu adalah bagian paling bawah candi, yang melambangkan dunia nafsu, di mana manusia masih terikat oleh keinginan-keinginan duniawi dan hal-hal material. Relief-relief pada bagian ini menggambarkan kehidupan manusia yang penuh dengan nafsu, keinginan, dan penderitaan akibat dari hukum karma (sebab-akibat).
• Panel relief di bagian ini menggambarkan tindakan manusia yang menyebabkan penderitaan dan siklus kelahiran kembali (samsara). Dunia Kamadhatu mewakili fase kehidupan di mana manusia belum sadar dan masih terperangkap dalam lingkaran samsara.
b. Rupadhatu (Dunia Bentuk)
• Bagian menengah dari Borobudur, yaitu Rupadhatu, melambangkan dunia bentuk, di mana manusia telah mulai melepaskan diri dari keinginan duniawi tetapi masih terikat pada bentuk fisik. Di sini, ajaran-ajaran Buddha tentang moralitas dan kebijaksanaan banyak digambarkan melalui relief yang menceritakan Jataka (kisah kehidupan Buddha) dan ajaran lain dari agama Buddha.
• Di Rupadhatu, manusia dianggap telah mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan dan mulai memasuki jalan spiritual, tetapi masih terikat oleh aspek duniawi, yaitu bentuk dan wujud fisik. Pada tingkat ini, terdapat 432 patung Buddha yang duduk dalam posisi meditasi, yang ditempatkan dalam relung-relung di dinding candi.
c. Arupadhatu (Dunia Tanpa Bentuk)
• Tingkat tertinggi candi adalah Arupadhatu, yang melambangkan dunia tanpa bentuk, tempat manusia telah mencapai pencerahan penuh dan terbebas dari keterikatan pada dunia material dan bentuk fisik. Bagian ini tidak memiliki relief, melambangkan kesucian dan kebebasan dari semua bentuk duniawi.
• Pada tiga teras melingkar di tingkat ini terdapat 72 stupa berlubang, yang masing-masing berisi patung Buddha dalam posisi meditasi. Stupa-stupa ini mewakili kesucian dan kedamaian yang dicapai setelah melewati proses spiritual. Di puncaknya, terdapat stupa utama yang kosong, melambangkan Nirwana—keadaan kesadaran tertinggi di mana tidak ada lagi ego, bentuk, atau keinginan.
2. Simbolisme Perjalanan Spiritual
Candi Borobudur sering diinterpretasikan sebagai peta perjalanan spiritual seorang manusia dari dunia material menuju pencerahan. Perjalanan fisik mendaki candi, yang dimulai dari tingkat Kamadhatu dan berakhir di Arupadhatu, mencerminkan perjalanan batin yang harus dilalui setiap individu dalam upaya mencapai pencerahan Buddha.
• Saat mendaki dari Kamadhatu (dunia nafsu), seseorang dihadapkan pada berbagai penggambaran kehidupan sehari-hari dan moralitas.
• Di Rupadhatu (dunia bentuk), orang tersebut mulai memahami ajaran Buddha dan meninggalkan keterikatan pada dunia fisik.
• Akhirnya, di Arupadhatu (dunia tanpa bentuk), seseorang mencapai kebebasan spiritual total, yang dilambangkan oleh stupa kosong di puncak candi sebagai simbol Nirwana.
Setiap langkah yang diambil menuju puncak candi menggambarkan peningkatan kesadaran spiritual dan pelepasan dari nafsu duniawi.
3. Relief dan Ajaran Moral
Borobudur juga merupakan “kitab ajaran Buddha” yang diukir dalam bentuk relief. Terdapat lebih dari 2.600 panel relief yang bercerita tentang ajaran-ajaran Buddha, karma, dan kisah-kisah kehidupan Buddha serta tokoh-tokoh suci lainnya. Relief-relief ini tidak hanya berfungsi sebagai dekorasi, tetapi juga sebagai pengajaran moral bagi umat yang mengelilingi candi.
Beberapa tema utama dari relief-relief tersebut meliputi:
• Karmawibhangga: Hukum sebab-akibat yang menggambarkan bagaimana tindakan manusia menentukan kehidupannya di masa depan.
• Jataka dan Awadana: Kisah-kisah kehidupan Buddha dan tokoh lainnya yang menggambarkan kebijaksanaan dan pengorbanan.
• Lalitawistara: Kisah kehidupan Buddha Gautama dari lahir hingga mencapai pencerahan.
Relief-relief ini memiliki tujuan untuk mengajarkan nilai-nilai kebajikan dan pembebasan dari penderitaan, sesuai dengan ajaran Buddha.
4. Mandala sebagai Representasi Alam Semesta
Borobudur dirancang berdasarkan konsep mandala, yang dalam tradisi Buddha dan Hindu dianggap sebagai representasi alam semesta yang sempurna. Setiap tingkatan candi mencerminkan level kesadaran spiritual, dan di bagian tengah (puncak) mandala adalah pusat yang melambangkan kesatuan dengan alam semesta.
Dalam konteks spiritual, mandala ini juga menggambarkan bahwa setiap makhluk harus menyeimbangkan diri dengan hukum kosmik dan menjalani perjalanan spiritual yang harmonis.
5. Stupa dan Patung Buddha
Stupa di puncak Borobudur melambangkan puncak pencapaian spiritual. Stupa utama yang kosong menunjukkan Nirwana, sebuah kondisi kesadaran tertinggi yang tanpa bentuk, keinginan, atau ego. Di sekitar stupa utama, ada 72 stupa yang mengandung patung Buddha dalam berbagai mudra (posisi tangan). Posisi mudra ini menggambarkan berbagai fase atau aspek dari ajaran Buddha.
Misalnya:
• Patung Buddha di Kamadhatu menunjukkan mudra Bhumisparsa, di mana tangan Buddha menyentuh bumi sebagai saksi dari pencapaiannya.
• Patung Buddha di Rupadhatu memiliki mudra Dharmachakra, yang melambangkan “memutar roda Dharma,” yakni mengajarkan jalan menuju pencerahan.
6. Filosofi Keselarasan dan Keseimbangan
Borobudur mencerminkan filosofi keseimbangan dan keselarasan antara manusia dan alam semesta. Candi ini menggabungkan elemen-elemen bumi dan langit dalam desainnya, yang menunjukkan bahwa manusia, melalui perjalanan spiritualnya, dapat mencapai keharmonisan dengan alam dan semesta.
Secara keseluruhan, filosofi Candi Borobudur sangat mendalam dan mencerminkan perjalanan spiritual yang harus dilalui manusia dalam upaya mencapai pencerahan dan Nirwana. Setiap aspek candi, dari relief hingga struktur arsitekturnya, melambangkan berbagai tahapan dan aspek ajaran Buddha, yang mengajarkan manusia untuk melepaskan diri dari nafsu duniawi dan mencapai kedamaian serta kebijaksanaan tertinggi.
Lokasi Candi Borobudur
Candi Borobudur terletak di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Tepatnya, candi ini berada di Kecamatan Borobudur, sekitar 40 km barat laut dari Kota Yogyakarta dan sekitar 100 km barat daya dari Kota Semarang, ibu kota Jawa Tengah.
Lokasi Candi Borobudur sangat strategis karena berada di dataran tinggi dengan latar belakang pegunungan yang indah, termasuk Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di sebelah timur, serta Pegunungan Menoreh di sebelah selatan dan barat. Candi ini juga berada di antara dua sungai besar, yaitu Sungai Progo dan Sungai Elo.
Rute Menuju Candi Borobudur
Terdapat beberapa cara dan rute yang bisa diambil untuk mencapai Candi Borobudur, tergantung dari kota asal. Berikut adalah rute yang umum digunakan dari beberapa kota besar terdekat:
1. Dari Yogyakarta (40 km)
Yogyakarta merupakan kota terdekat dan paling sering menjadi titik awal perjalanan menuju Candi Borobudur. Berikut adalah beberapa opsi rute dari Yogyakarta:
• Menggunakan Kendaraan Pribadi atau Sewa Mobil:
o Rute: Dari pusat kota Yogyakarta, ambil Jalan Magelang dan ikuti jalan menuju arah utara hingga mencapai Kota Muntilan. Dari sini, Anda akan melihat petunjuk jalan yang mengarah ke Candi Borobudur di kanan jalan. Waktu tempuh sekitar 1-1,5 jam tergantung kondisi lalu lintas.
• Menggunakan Transportasi Umum:
o Bus umum menuju Borobudur dapat diambil dari Terminal Jombor di Yogyakarta. Di sini, ada bus jurusan Yogyakarta-Magelang yang berhenti di Terminal Borobudur. Dari terminal, Anda bisa melanjutkan perjalanan dengan menggunakan becak, ojek, atau berjalan kaki ke lokasi candi (sekitar 10 menit perjalanan).
o Total waktu perjalanan dengan transportasi umum sekitar 1,5-2 jam.
• Menggunakan Tur Wisata:
o Banyak agen perjalanan di Yogyakarta yang menyediakan tur sehari ke Candi Borobudur, termasuk paket wisata yang mencakup transportasi pulang-pergi, tiket masuk, dan panduan wisata. Ini adalah pilihan praktis bagi wisatawan yang ingin menghemat waktu.
2. Dari Semarang (100 km)
Dari Kota Semarang, perjalanan menuju Candi Borobudur dapat dilakukan dengan beberapa cara:
• Menggunakan Kendaraan Pribadi atau Sewa Mobil:
o Rute: Dari Semarang, ambil Jalan Semarang–Magelang. Perjalanan akan melewati beberapa kota kecil seperti Ambarawa dan Magelang sebelum sampai di Candi Borobudur. Waktu tempuh sekitar 2-2,5 jam tergantung kondisi lalu lintas.
• Menggunakan Transportasi Umum:
o Dari Semarang, Anda bisa naik bus umum dari Terminal Terboyo atau Terminal Bawen menuju Terminal Borobudur melalui Magelang. Dari Terminal Borobudur, Anda bisa melanjutkan dengan transportasi lokal menuju candi.
3. Dari Surakarta/Solo (85 km)
Solo atau Surakarta juga bisa menjadi titik awal menuju Candi Borobudur, dengan jarak tempuh sekitar 85 km.
• Menggunakan Kendaraan Pribadi atau Sewa Mobil:
o Rute: Dari Solo, ambil jalan menuju Yogyakarta melalui jalan utama Solo–Yogya. Dari Yogyakarta, lanjutkan perjalanan seperti rute dari Yogyakarta menuju Borobudur. Total waktu tempuh sekitar 2-2,5 jam.
• Menggunakan Transportasi Umum:
o Anda bisa menggunakan bus dari Terminal Tirtonadi di Solo menuju Yogyakarta, dan kemudian melanjutkan perjalanan dari Yogyakarta ke Borobudur seperti yang telah dijelaskan di atas.
4. Menggunakan Kereta Api
Jika Anda memilih untuk menggunakan kereta api, stasiun terdekat ke Candi Borobudur adalah Stasiun Tugu di Yogyakarta atau Stasiun Magelang.
• Dari Stasiun Yogyakarta:
o Dari Stasiun Tugu, Anda bisa melanjutkan perjalanan menggunakan bus atau sewa mobil menuju Borobudur. Terminal bus Jombor berada tidak jauh dari stasiun, dan dari sini Anda bisa menaiki bus umum menuju Borobudur.
• Dari Stasiun Magelang:
o Jika tiba di Magelang, Anda bisa melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus atau kendaraan sewa menuju Borobudur, yang berjarak sekitar 30 menit perjalanan dari Magelang.
5. Rute Udara
Bagi wisatawan internasional atau dari luar pulau, Anda bisa memilih penerbangan menuju beberapa bandara terdekat, yaitu:
• Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di Kulon Progo (sekitar 60 km dari Borobudur). Dari bandara ini, Anda bisa menggunakan taksi, bus Damri, atau kendaraan sewa untuk menuju candi.
• Bandara Internasional Adisutjipto (hanya sekitar 40 km dari Borobudur, namun kini lebih terbatas penggunaannya).
• Bandara Ahmad Yani di Semarang (sekitar 100 km). Dari bandara ini, Anda bisa melanjutkan perjalanan darat dengan bus atau kendaraan sewa ke Borobudur.
Waktu Perjalanan
Perjalanan menuju Candi Borobudur dari beberapa kota terdekat dapat memakan waktu yang bervariasi tergantung dari rute, moda transportasi, dan kondisi lalu lintas. Secara umum:
• Yogyakarta ke Borobudur: 1-1,5 jam.
• Semarang ke Borobudur: 2-2,5 jam.
• Solo ke Borobudur: 2-2,5 jam.
Lokasi Candi Borobudur yang berada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sangat mudah diakses dari berbagai kota besar seperti Yogyakarta, Semarang, dan Solo. Pilihan transportasi yang beragam, mulai dari kendaraan pribadi, bus umum, hingga tur wisata, memudahkan pengunjung untuk menjangkau candi ini. Candi Borobudur juga dapat diakses melalui jalur udara, dengan bandara terdekat di Yogyakarta dan Semarang.
Harga Tiket Masuk
Berikut adalah informasi mengenai harga tiket masuk Candi Borobudur dan beberapa biaya lainnya yang mungkin perlu diperhatikan saat mengunjungi candi ini:
1. Harga Tiket Masuk Candi Borobudur (Per 2024)
• Wisatawan Domestik (WNI):
o Dewasa: Rp 50.000 per orang
o Anak-anak (usia 3-10 tahun): Rp 25.000 per orang
• Wisatawan Mancanegara (WNA):
o Dewasa: USD 25 atau setara dengan sekitar Rp 375.000 per orang (tergantung nilai tukar)
o Anak-anak (usia 3-10 tahun): USD 15 atau setara dengan sekitar Rp 225.000 per orang
2. Biaya Tambahan untuk Naik ke Tingkat Atas Stupa Borobudur
Sebelumnya, pengunjung dapat langsung naik hingga ke bagian atas candi (Arupadhatu dan stupa utama), namun saat ini, untuk menjaga kelestarian candi, pengunjung dikenakan biaya tambahan jika ingin naik ke bagian tingkat atas stupa Borobudur, dan harus mengenakan alas kaki khusus.
• Biaya untuk Wisatawan Domestik: Rp 150.000 per orang
• Biaya untuk Wisatawan Mancanegara: USD 30 atau sekitar Rp 450.000 per orang
3. Paket Terusan Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko
Jika Anda berencana untuk mengunjungi beberapa candi sekaligus, tersedia paket terusan yang memungkinkan Anda untuk mengunjungi Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Situs Ratu Boko dengan harga yang lebih terjangkau.
• Wisatawan Domestik (WNI):
o Dewasa: Rp 90.000 per orang (Borobudur dan Prambanan)
o Anak-anak: Rp 40.000 per orang
• Wisatawan Mancanegara (WNA):
o Dewasa: USD 45 (sekitar Rp 675.000) per orang (Borobudur dan Prambanan)
o Anak-anak: USD 27 (sekitar Rp 405.000) per orang
4. Biaya Parkir
Jika Anda membawa kendaraan pribadi, berikut adalah biaya parkir yang berlaku:
• Mobil: Rp 10.000
• Motor: Rp 5.000
• Bus: Rp 20.000
5. Pemandu Wisata
Untuk memperdalam pengalaman dan pengetahuan tentang sejarah serta filosofi Borobudur, Anda dapat menyewa pemandu wisata. Berikut adalah kisaran biaya jasa pemandu:
• Pemandu Wisata Bahasa Indonesia: Rp 100.000 – Rp 150.000
• Pemandu Wisata Bahasa Asing: Rp 150.000 – Rp 200.000
6. Fasilitas Lainnya
Selain tiket masuk, pengunjung juga dapat menikmati berbagai fasilitas lain yang disediakan di kompleks Candi Borobudur, seperti:
• Sewa sepeda: Rp 10.000 – Rp 20.000 per jam untuk berkeliling area sekitar candi.
• Kereta mini: Ada kereta mini yang bisa digunakan untuk berkeliling kompleks Borobudur, dengan biaya sekitar Rp 7.500 – Rp 10.000 per orang.
• Ojek listrik: Beberapa layanan ojek listrik tersedia untuk memudahkan perjalanan, terutama bagi orang tua atau pengunjung dengan mobilitas terbatas.
7. Tiket Sunrise Borobudur
Bagi wisatawan yang ingin melihat sunrise dari kawasan Candi Borobudur, tersedia paket khusus yang biasanya termasuk tiket masuk dan pemandu. Ini memberikan pengalaman unik melihat matahari terbit dari candi. Biaya untuk tiket sunrise biasanya lebih tinggi dibandingkan tiket biasa:
• Tiket Sunrise (Wisatawan Domestik): Rp 150.000 – Rp 200.000 per orang
• Tiket Sunrise (Wisatawan Mancanegara): USD 35 – USD 40 (sekitar Rp 525.000 – Rp 600.000)
8. Biaya Penginapan
Di sekitar Candi Borobudur terdapat banyak penginapan, mulai dari hotel bintang lima hingga homestay yang lebih sederhana. Tarif penginapan di sekitar candi bervariasi tergantung pada jenis dan fasilitas yang ditawarkan:
• Hotel bintang lima: Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000 per malam
• Hotel bintang tiga: Rp 300.000 – Rp 700.000 per malam
• Homestay atau guesthouse: Rp 100.000 – Rp 300.000 per malam
Harga tiket masuk dan biaya lain di Candi Borobudur cukup beragam, tergantung pada jenis wisatawan dan layanan yang digunakan. Untuk menjaga kelestarian candi, biaya tambahan dikenakan jika pengunjung ingin naik ke tingkat atas candi. Selain itu, berbagai fasilitas seperti pemandu wisata dan paket terusan ke candi-candi lain dapat dipilih untuk memperkaya pengalaman kunjungan. Bersama paket wisata Magelang dari Jogja Super, Anda bisa mengunjungi candi ini dengan lebih mudah dan murah tentunya.
Comments are closed.