Candi Bubrah merupakan salah satu candi Buddha yang terletak di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, tepatnya di antara Percandian Rara Jonggrang dan Candi Sewu. Candi ini adalah bagian dari kawasan Candi Prambanan, namun keberadaannya tidak sepopuler candi-candi besar lainnya seperti Candi Prambanan atau Candi Sewu. Meskipun seringkali terbayangi oleh keindahan Candi Prambanan, Candi Bubrah menyimpan pesona tersendiri yang patut untuk dijelajahi.
Lokasi dan Rute
Candi Bubrah terletak di kawasan Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Candi ini berada dalam kompleks Candi Prambanan, lebih tepatnya di dekat Candi Sewu, yang merupakan salah satu candi Buddha terbesar di area tersebut. Karena masih dalam kompleks candi Prambanan, Candi Bubrah sering dianggap sebagai salah satu candi satelit di sekitar Prambanan, yang terpisah dari candi utama tetapi tetap memiliki nilai sejarah yang penting.
Rute Menuju Candi Bubrah
Candi Bubrah dapat diakses dengan cukup mudah dari berbagai kota di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah, terutama dari Kota Yogyakarta, Solo (Surakarta), dan Klaten. Berikut adalah beberapa rute yang dapat ditempuh:
1. Dari Yogyakarta
• Jarak: Sekitar 17 kilometer.
• Waktu tempuh: Sekitar 30–40 menit dengan kendaraan pribadi.
• Rute:
o Mulailah dari pusat Kota Yogyakarta menuju arah timur melewati Jalan Solo (Jalan Raya Yogyakarta-Solo).
o Ikuti jalan utama hingga mencapai Kawasan Prambanan, di mana Anda akan menemukan pintu masuk ke kompleks Candi Prambanan di sebelah kiri jalan.
o Setelah masuk ke kawasan Prambanan, ikuti petunjuk arah menuju Candi Sewu, dan Candi Bubrah berada di sekitar area tersebut. Anda bisa berjalan kaki dari area parkir Candi Sewu, karena jaraknya sangat dekat (sekitar 300–500 meter dari Candi Sewu).
2. Dari Klaten
• Jarak: Sekitar 15 kilometer.
• Waktu tempuh: Sekitar 30 menit.
• Rute:
o Dari pusat Kota Klaten, ambil jalur menuju ke barat melewati Jalan Raya Solo-Yogyakarta.
o Setelah sekitar 15 km, Anda akan tiba di area Prambanan.
o Dari sini, ikuti petunjuk ke kompleks Candi Prambanan, kemudian arahkan perjalanan menuju Candi Sewu.
3. Dari Solo (Surakarta)
• Jarak: Sekitar 50 kilometer.
• Waktu tempuh: Sekitar 1–1,5 jam.
• Rute:
o Mulai dari pusat Kota Solo, ambil jalan ke arah barat mengikuti Jalan Solo-Yogyakarta.
o Ikuti jalan utama hingga mencapai Kawasan Prambanan.
o Setelah sampai di Prambanan, masuk ke area kompleks Candi Prambanan dan arahkan perjalanan ke Candi Sewu, lalu lanjutkan berjalan kaki ke Candi Bubrah yang terletak di dekatnya.
Transportasi Umum
Jika Anda menggunakan transportasi umum, Anda bisa naik bus TransJogja dari Kota Yogyakarta. Naiklah TransJogja jalur 1A atau 1B yang menuju ke Terminal Prambanan. Setelah tiba di Terminal Prambanan, Anda bisa melanjutkan dengan berjalan kaki atau menggunakan becak/ojek menuju kawasan Candi Bubrah yang terletak di sekitar Candi Sewu.
Fasilitas Parkir
Untuk kendaraan pribadi, tersedia area parkir luas di kawasan Candi Prambanan, di mana pengunjung bisa memarkir kendaraan sebelum melanjutkan eksplorasi candi-candi di sekitarnya. Anda kemudian bisa berjalan kaki menuju Candi Bubrah.
Catatan Tambahan
• Jika Anda berkunjung dalam satu waktu, Anda bisa menjelajahi beberapa candi di sekitar Prambanan sekaligus, seperti Candi Sewu, Candi Lumbung, dan Candi Bubrah, karena semuanya terletak berdekatan.
• Candi Bubrah terletak di area yang tenang dan sering kali tidak ramai oleh wisatawan, sehingga menjadi destinasi yang cocok untuk pengunjung yang menyukai suasana yang damai sambil menikmati arsitektur candi dan sejarahnya.
Rute menuju Candi Bubrah sangat mudah diakses, baik dari Yogyakarta, Klaten, maupun Solo, dan dapat dicapai dengan kendaraan pribadi ataupun transportasi umum.
Sejarah dan Arsitektur Candi Bubrah
Candi Bubrah memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan perkembangan agama Buddha di Jawa Tengah, terutama pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-9 hingga abad ke-10 Masehi, yang merupakan masa keemasan perkembangan arsitektur candi di wilayah tersebut. Meskipun candi ini tidak sebesar Candi Sewu atau Candi Prambanan, ia tetap menjadi bagian penting dari jaringan candi yang tersebar di kawasan Prambanan.
Berikut penjelasan lebih rinci mengenai sejarah dan arsitektur Candi Bubrah:
Sejarah Candi Bubrah
1. Keterkaitan dengan Kerajaan Mataram Kuno
o Candi Bubrah diyakini dibangun pada periode yang sama dengan beberapa candi besar di sekitarnya, yakni pada masa Kerajaan Mataram Kuno yang berkembang antara abad ke-8 hingga ke-10 Masehi. Kerajaan ini dikenal sebagai pusat penyebaran agama Hindu dan Buddha di Jawa.
o Candi ini menunjukkan pengaruh agama Buddha Mahayana, yang berkembang pesat di Jawa pada masa itu, bersamaan dengan pengaruh Hindu yang mendominasi candi-candi besar di sekitarnya seperti Candi Prambanan yang bercorak Hindu.
2. Nama “Bubrah”
o Nama “Bubrah” dalam bahasa Jawa berarti “rusak” atau “hancur”. Nama ini diberikan karena ketika ditemukan pertama kali, candi ini dalam kondisi reruntuhan dan sebagian besar bangunannya telah hancur. Hal ini membuatnya tampak seperti candi yang tidak pernah selesai dibangun atau telah mengalami kerusakan parah.
o Meskipun demikian, kondisi reruntuhan tersebut memberikan banyak informasi arkeologis tentang teknik konstruksi dan desain arsitektur yang digunakan pada masa itu.
3. Bagian dari Kompleks Candi Sewu
o Candi Bubrah merupakan salah satu dari sekian banyak candi kecil yang berada di sekitar Candi Sewu, sebuah candi Buddha besar yang terletak di kompleks Prambanan. Candi-candi kecil seperti Candi Bubrah berfungsi sebagai bagian dari kompleks keagamaan yang lebih besar dan mungkin berperan sebagai tempat ibadah bagi komunitas biksu Buddha.
o Posisinya yang dekat dengan Candi Sewu menunjukkan bahwa Candi Bubrah adalah bagian dari pusat keagamaan Buddha yang besar pada masanya.
Arsitektur Candi Bubrah
1. Struktur dan Material
o Seperti candi-candi di Jawa Tengah pada umumnya, Candi Bubrah dibangun dari batu andesit. Material ini banyak digunakan untuk candi di wilayah ini karena kuat dan tahan lama.
o Meskipun sebagian besar strukturnya telah hancur, sisa-sisa pondasi dan beberapa bagian candi yang masih terlihat menunjukkan bahwa candi ini memiliki desain yang khas dari candi-candi Buddha. Hal ini terlihat dari bentuk stupa-stupa yang ditemukan di sekitar candi, ciri khas dari candi bercorak Buddha.
o Dari reruntuhan yang ada, arsitekturnya mengikuti pola tradisional dengan struktur berbentuk segi empat pada bagian dasar, yang kemudian naik dengan tingkatan yang lebih kecil hingga membentuk puncak.
2. Stupa Candi
o Salah satu elemen penting dalam arsitektur Candi Bubrah adalah stupa. Stupa adalah simbol Buddha dan sering kali berfungsi sebagai tempat menyimpan relik suci atau simbol kebijaksanaan dalam agama Buddha.
o Meskipun sebagian besar stupa di Candi Bubrah telah hancur, struktur dasarnya masih dapat terlihat. Stupa ini didesain mirip dengan stupa di Candi Sewu dan candi-candi Buddha lainnya di sekitar kawasan Prambanan.
3. Ornamen dan Relief
o Berbeda dengan candi Hindu yang biasanya dipenuhi oleh relief dan patung dewa-dewa Hindu, candi Buddha seperti Candi Bubrah lebih minimalis dalam ornamen. Candi Bubrah diduga memiliki beberapa relief sederhana, meskipun sebagian besar telah hilang atau rusak karena kondisi candi yang tidak utuh.
o Ornamen yang masih tersisa kemungkinan melambangkan ajaran-ajaran Buddha, meskipun tidak banyak yang bisa diidentifikasi secara detail karena tingkat kerusakan yang parah.
4. Kerusakan dan Pemugaran
o Sebagian besar bagian dari Candi Bubrah telah runtuh. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk usia bangunan, bencana alam seperti gempa bumi, dan kurangnya perawatan selama berabad-abad.
o Sejak pertama kali ditemukan dalam kondisi rusak parah, candi ini sempat mendapatkan perhatian dari pihak arkeolog untuk dipugar. Namun, karena kondisinya yang sangat hancur, pemugaran sepenuhnya belum selesai hingga saat ini, sehingga candi tetap terlihat dalam bentuk reruntuhan.
Fungsi Keagamaan
Candi Bubrah, seperti candi-candi Buddha lainnya, berfungsi sebagai tempat ibadah dan meditasi. Pada masa kejayaannya, candi ini mungkin digunakan oleh biksu-biksu Buddha sebagai tempat berdoa, bermeditasi, dan mungkin juga sebagai bagian dari ritual keagamaan tertentu. Candi ini, bersama dengan Candi Sewu dan candi Buddha lainnya di sekitar kawasan Prambanan, membentuk sebuah pusat agama Buddha yang signifikan di Jawa Tengah.
Candi Bubrah adalah contoh penting dari warisan budaya dan arsitektur Buddha di Jawa Tengah. Meskipun kini hanya tersisa dalam bentuk reruntuhan, candi ini tetap memberikan wawasan tentang bagaimana agama Buddha berkembang di kawasan tersebut selama masa Kerajaan Mataram Kuno. Arsitektur dan elemen candi, seperti stupanya, menonjolkan gaya khas candi Buddha di Indonesia, dan namanya yang berarti “rusak” mencerminkan kondisi bangunan yang bertahan dalam waktu.
Daya Tarik
Meskipun Candi Bubrah tidak sepopuler candi-candi di sekitar Prambanan, candi ini menarik bagi wisatawan yang memiliki minat pada sejarah dan arkeologi. Wisatawan dapat menikmati suasana tenang, jauh dari keramaian, sambil mempelajari lebih lanjut tentang sejarah peradaban Hindu-Buddha di Jawa Tengah. Selain itu, kawasan ini juga menjadi bagian dari perjalanan wisata yang menghubungkan berbagai candi kecil di sekitar Prambanan.
Akses dan Fasilitas
Untuk mengunjungi Candi Bubrah, wisatawan biasanya masuk melalui kompleks Prambanan atau kawasan Candi Sewu. Akses jalan menuju candi ini cukup mudah dan bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi atau transportasi umum. Fasilitas di sekitar candi sendiri tergolong minim, namun fasilitas di kawasan Prambanan secara keseluruhan sudah cukup lengkap, seperti area parkir, pusat informasi, dan warung makan.
Tips Berkunjung
• Waktu terbaik untuk berkunjung adalah pagi atau sore hari, ketika cuaca tidak terlalu panas.
• Disarankan untuk mengenakan pakaian dan alas kaki yang nyaman, karena lokasi ini berdekatan dengan beberapa candi lain yang bisa dijelajahi dengan berjalan kaki.
• Karena candi ini masih dalam proses pemugaran, disarankan untuk selalu mematuhi petunjuk dan larangan yang ada di area candi untuk menjaga kelestarian situs bersejarah ini.
Meskipun tidak seutuh dan semegah candi-candi lain, Candi Bubrah tetap memiliki daya tarik tersendiri bagi pecinta sejarah dan budaya, terutama mereka yang tertarik pada peninggalan arkeologi di kawasan Prambanan.
Comments are closed.