Candi Cetho merupakan situs bersejarah yang menjadi saksi bisu kejayaan kerajaan masa lalu di Pulau Jawa. Candi merupakan salah satu yang tertinggi di Indonesia. Memancarkan keindahan bercorak Hindu yang memukau, candi ini melambangkan warisan budaya yang tak ternilai.
Terletak di Kabupaten Karanganyar, Candi Cetho menjulang gagah di lereng sebelah barat Gunung Lawu sehingga memberikan kesan mistis dan spiritual yang mendalam bagi siapa pun yang melangkah ke kawasan ini.
Candi Cetho menjadi bukti monumental dari kejayaan Kerajaan Majapahit pada masa akhir pemerintahan Raja Prabu Brawijaya V. Sebagai salah satu peninggalan megah dari periode bersejarah tersebut, candi ini tidak hanya menjadi saksi bisu keberlanjutan kebudayaan Hindu di Pulau Jawa, tetapi juga mencerminkan kebesaran dan kompleksitas arsitektur pada zamannya.
Pembangunan Candi Cetho tidak hanya sekadar tindakan mendirikan struktur batu yang megah, melainkan juga menunjukkan adanya niatan mendalam dari Raja Brawijaya V. Candi ini dipercayai dibangun sebagai tempat pelaksanaan ritual tolak bala dan ruwatan, menggambarkan kedalaman spiritual dan kepercayaan religius yang dipegang teguh oleh masyarakat pada masa itu.
Keberadaan Candi Cetho menjadi bukti nyata betapa pentingnya praktek keagamaan dalam kehidupan sehari-hari, serta memberikan wawasan mendalam tentang nilai-nilai dan kebijaksanaan yang melandasi kehidupan masyarakat pada masa lalu.
Sejarah Candi Cetho
Penemuan pertama kali dilakukan oleh Van Der Vlies pada tahun 1842, yang kemudian membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut oleh para ahli arkeologi seperti W.F Stutterheim, K.C Crucq, dan A.J. Bernet Kempers. Saat ditemukan, Candi Cetho memukau dengan belasan punden bertingkat yang menjadi saksi bisu perjalanan waktu.
Pentingnya situs ini diakui oleh pemerintah, yang pada tahun 1970 mengadakan upaya restorasi besar-besaran untuk memulihkan keagungan Candi Cetho. Meskipun sejumlah punden dikurangi, namun upaya ini berhasil mengembalikan kemegahan dan keanggunan candi, menjadikannya terdiri dari sembilan punden yang tetap mempesona.
Filosofi terkandung dalam nama “Cetho” turut menggugah rasa ingin tahu. Secara filosofis, Cetho bermakna nyata atau jelas, baik secara pandangan manusia maupun secara gaib. Di balik namanya yang penuh makna, Candi Cetho menyuguhkan pengalaman yang luar biasa, terutama dengan cuaca yang sangat sejuk dan pemandangan indah dua daerah, Karanganyar dan Solo, yang dapat dinikmati dari ketinggian 1.496 meter.
Candi Cetho tak hanya menjadi tempat bersejarah, tetapi juga tetap relevan sebagai tempat peribadatan bagi masyarakat Hindu di sekitaran Karanganyar dan masyarakat Kejawen. Keberadaannya yang magis menjadikannya tempat favorit bagi para kaum spiritualis yang mencari kedamaian dan harmoni batin.
Bersemedi di Candi Cetho diyakini mampu memberikan energi batin positif, dan beberapa orang bahkan melihatnya sebagai syarat sebelum memulai perjalanan spiritual ke puncak Gunung Lawu. Dengan sejarahnya yang kaya dan fungsi spiritualnya yang masih terjaga, Candi Cetho tetap menjadi destinasi yang mengundang kekaguman.
Daya Tarik Candi Cetho
Daya tarik Candi Cetho tidak hanya terletak pada keindahan arsitekturnya, tetapi juga pada elemen-elemen spiritual dan kultural yang memperkaya pengalaman para pengunjung. Halaman yang sangat luas menjadi daya tarik pertama, memberikan ruang yang cukup untuk penyelenggaraan ritual dan persembahan sesaji. Pendopo yang berada di teras tingkat pertama menjadi tempat utama untuk meletakkan sesaji, menciptakan suasana sakral dalam ritual keagamaan.
Pada punden tingkat kedua, terdapat petilasan Ki Ageng Krincing Wesi, yang diyakini sebagai leluhur masyarakat di sekitaran Desa Cetho. Di punden ketiga, sebuah batu yang membentuk wujud Garuda, kendaraan Dewa Wisnu, menjadi simbol pemeliharaan dan pelindung alam semesta. Arca yang berbentuk kura-kura pada punden ini melambangkan Dewa Wisnu sendiri.
Relief pada punden keempat menceritakan kisah Dewi Huma, istri Dewa Siwa, yang melakukan pelanggaran dan berubah menjadi raksasi bernama Bathari Durga. Punden kelima dan keenam menampilkan dua pendopo yang digunakan untuk peribadatan dan tempat istirahat wisatawan, menawarkan kesejukan dan ketenangan di pelataran Candi.
Punden ketujuh menjadi tempat menarik dengan dua arca, yaitu Ki Noyo Genggong dan Ki Sabdo Palon, dianggap sebagai tokoh penasihat spiritual berpengaruh pada masa kejayaan Raja Prabu Brawijaya V. Pada punden kedelapan, terdapat arca Prabu Brawijaya V dan arca yang berbentuk Phallus, memberikan pandangan yang kaya akan simbolisme budaya.
Punden kesembilan, sebagai bagian utama Candi Cetho, menjadi titik fokus yang tidak boleh dikunjungi oleh sembarang orang. Tempat berukuran 2 meter persegi ini khusus untuk umat beragama Hindu yang datang untuk beribadah, menunjukkan nilai keagamaan dan kerahasiaan yang dijaga dengan ketat. Selain itu, terdapat tempat khusus untuk penyimpanan barang-barang kuno, menambah nilai sejarah dan kearifan lokal yang terpancar dari Candi Cetho.
Jam Buka dan Harga Tiket Masuk
Untuk menikmati keindahan dan kearifan Candi Cetho, pengunjung hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp. 10.000 untuk wisatawan domestik dan Rp. 30.000 untuk wisatawan mancanegara. Tarif ini memberikan akses kepada para pengunjung untuk menjelajahi situs sejarah yang kaya makna dan spiritual ini.
Candi Cetho menyambut pengunjung setiap hari dengan jam operasional dari pukul 08.00 pagi hingga 17.00 WIB. Rentang waktu ini memberikan kesempatan bagi para pengunjung untuk menjelajahi setiap sudut candi dan meresapi keindahan serta kekayaan sejarahnya. Oleh karena itu, bagi mereka yang ingin menyaksikan keajaiban Candi Cetho, disarankan untuk merencanakan kunjungan di dalam jadwal operasional tersebut.
Untuk fasilitas parkir, pengguna motor akan dikenai biaya parkir sebesar Rp. 2.000, sedangkan bagi mereka yang menggunakan mobil, biaya parkirnya adalah Rp. 5.000. Tarif parkir ini bertujuan untuk mendukung kenyamanan dan kelancaran kunjungan para wisatawan, sekaligus memastikan keberlangsungan pemeliharaan dan kebersihan area sekitar Candi Cetho. Dengan harga tiket yang terjangkau dan jam operasional yang luas, Candi Cetho membuka pintu bagi setiap orang yang ingin merasakan magisnya situs bersejarah ini.
Lokasi dan Rute
Candi Cetho terletak di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Bagi para pengunjung yang ingin menjelajahi keindahan situs bersejarah ini, berikut adalah rute yang dapat diikuti:
Dari Solo – Perjalanan dapat dimulai dari Solo menuju Karanganyar. Setibanya di Karanganyar, ikuti petunjuk arah menuju Air Terjun Grojogan Sewu.
Petunjuk Arah – Di sepanjang perjalanan menuju Air Terjun Grojogan Sewu, pengunjung akan melihat papan tanda petunjuk arah menuju Candi Cetho. Papan tanda ini akan memberikan informasi yang jelas dan memandu perjalanan menuju destinasi yang diinginkan.
Sebelum Grojogan Sewu – Papan tanda menuju Candi Cetho akan terlihat sebelum mencapai lokasi Air Terjun Grojogan Sewu. Ini menjadi penanda bahwa pengunjung sudah berada pada jalur yang benar untuk mencapai Candi Cetho.
Rute ini tidak hanya memandu pengunjung menuju keajaiban alam dan sejarah di Candi Cetho, tetapi juga memberikan kesempatan untuk menikmati keindahan sekitar, termasuk Air Terjun Grojogan Sewu.
Dengan mengikuti rute ini, para pengunjung dapat merencanakan perjalanan yang menyenangkan dan memuaskan, menjadikan Candi Cetho sebagai destinasi yang menarik untuk dijelajahi. Untuk kemudahan kunjungan anda ke Candi Cetho, anda bisa menggunakan paket wisata Solo dari berbagai agen wisata dan perjalanan.
Comments are closed.