Candi Plaosan merupakan salah satu kompleks candi Buddha yang terletak di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Indonesia, tepatnya di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan. Candi ini berada sekitar 1,5 km di sebelah timur laut dari Candi Prambanan. Kompleks Candi Plaosan terdiri dari dua bagian utama, yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul, yang dipisahkan oleh jalan setapak di antara keduanya.
Sejarah Candi Plaosan
Candi Plaosan memiliki sejarah yang kaya, yang tidak hanya terkait dengan arsitektur candi, tetapi juga dengan dinamika politik dan agama pada masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno di abad ke-9. Candi ini sering kali dikaitkan dengan Dinasti Syailendra, yang merupakan dinasti yang sangat berpengaruh pada masa itu.
Latar Sejarah dan Pembangunan
Candi Plaosan diperkirakan dibangun pada abad ke-9, selama masa pemerintahan Rakai Pikatan, seorang raja dari Dinasti Sanjaya yang menganut agama Hindu. Sementara itu, Dinasti Syailendra yang berkuasa di Mataram Kuno pada periode sebelumnya, merupakan penganut Buddha Mahayana. Hubungan antara Dinasti Syailendra dan Dinasti Sanjaya inilah yang diyakini mencerminkan harmonisasi antara agama Buddha dan Hindu di kawasan Jawa Tengah pada masa itu.
Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya menikahi Pramodhawardhani, seorang putri dari Dinasti Syailendra yang merupakan penganut agama Buddha. Pernikahan ini dianggap sebagai langkah penting dalam meredakan ketegangan antara dua dinasti tersebut, sekaligus memperkuat kekuasaan Rakai Pikatan. Dalam konteks ini, Candi Plaosan didirikan sebagai simbol persatuan antara dua agama besar, Hindu dan Buddha, serta sebagai cerminan hubungan dinasti tersebut.
Pramodhawardhani diyakini memiliki peran penting dalam pembangunan Candi Plaosan, mengingat candi ini memiliki banyak elemen Buddha. Hal ini diperkuat oleh prasasti-prasasti kuno yang ditemukan di sekitar candi, yang menunjukkan adanya dukungan kuat dari kaum bangsawan Buddha dalam pembangunan candi tersebut.
Hubungan dengan Dinasti Syailendra dan Sanjaya [/su_label]
Seperti yang telah disebutkan, pernikahan Rakai Pikatan dan Pramodhawardhani merupakan peristiwa politik dan religius yang signifikan pada masa itu. Dinasti Syailendra yang mendukung agama Buddha sebelumnya telah membangun berbagai candi Buddha lainnya, seperti Candi Borobudur, yang juga memiliki gaya arsitektur serupa dengan Plaosan.
Di sisi lain, Dinasti Sanjaya adalah penganut Hindu, yang juga membangun candi-candi Hindu di sekitar wilayah Mataram, termasuk Candi Prambanan. Meskipun terdapat perbedaan keyakinan, perpaduan antara Hindu dan Buddha pada masa Rakai Pikatan melahirkan sejumlah bangunan yang mencerminkan toleransi, termasuk Candi Plaosan.
Candi Plaosan dianggap sebagai salah satu monumen arsitektur yang memvisualisasikan konsep hubungan antara dua agama ini, dengan desainnya yang menggabungkan elemen-elemen arsitektur Hindu dan Buddha. Meski candi ini adalah candi Buddha, ada beberapa elemen Hindu yang tampak dalam ornamen dan simbol-simbolnya.
Prasasti dan Bukti Sejarah
Prasasti yang berkaitan dengan Candi Plaosan memberikan petunjuk penting mengenai latar belakang sejarah pembangunan candi ini. Salah satu prasasti yang sering dikaitkan dengan Candi Plaosan adalah Prasasti Cri Kahulunan, yang menyebutkan tentang pembangunan sebuah bangunan suci oleh seorang ratu bernama Cri Kahulunan. Banyak sejarawan yang meyakini bahwa Cri Kahulunan merujuk kepada Pramodhawardhani.
Dalam prasasti tersebut, dijelaskan bahwa sang ratu membangun tempat suci yang diperuntukkan bagi agama Buddha. Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa Candi Plaosan dibangun atas prakarsa Pramodhawardhani, dengan dukungan penuh dari Rakai Pikatan.
Selain itu, prasasti-prasasti lain yang ditemukan di sekitar candi menggambarkan kegiatan religius, termasuk upacara-upacara keagamaan dan ritual-ritual yang dilakukan oleh para biksu Buddha. Ini memperjelas fungsi Candi Plaosan sebagai pusat keagamaan dan pendidikan bagi para penganut Buddha pada masa itu.
Dinamika Politik dan Keruntuhan
Setelah masa kejayaan Rakai Pikatan dan Pramodhawardhani, Kerajaan Mataram Kuno mengalami beberapa pergolakan politik yang mengakibatkan perpindahan ibu kota kerajaan ke Jawa Timur. Hal ini dipicu oleh konflik internal serta bencana alam yang melanda Jawa Tengah. Dengan berpindahnya pusat kekuasaan, banyak candi-candi besar, termasuk Candi Plaosan, mulai ditinggalkan dan mengalami kerusakan seiring berjalannya waktu.
Gempa bumi, erosi, dan perubahan alam lainnya menyebabkan banyak bagian dari Candi Plaosan runtuh dan terkubur di bawah tanah. Meski begitu, arsitektur utamanya masih bertahan dan terus dipugar hingga masa modern ini.
Periode Kolonial dan Penemuan Kembali
Selama periode kolonial Belanda, Candi Plaosan mulai menarik perhatian para arkeolog dan sejarawan Barat. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, sejumlah ekspedisi arkeologi dilakukan untuk memetakan dan mempelajari candi-candi kuno di Jawa, termasuk Plaosan. Reruntuhan candi ini mulai digali kembali, dan penelitian terhadap arsitektur serta prasasti-prasastinya memberikan banyak informasi tentang sejarah Mataram Kuno.
Upaya Pemugaran
Pada abad ke-20, terutama setelah kemerdekaan Indonesia, upaya pemugaran Candi Plaosan mulai dilakukan secara lebih intensif. Banyak bagian dari candi yang telah runtuh dipulihkan, meskipun sebagian besar masih dalam bentuk reruntuhan. Pemerintah Indonesia melalui Badan Pelestarian Cagar Budaya terus berusaha untuk melestarikan dan memperbaiki struktur candi ini, guna menjaga warisan sejarahnya.
Simbolisme Religius
Candi Plaosan juga memiliki makna simbolis yang mendalam dalam konteks religius dan sosial. Sebagai perpaduan antara budaya Hindu dan Buddha, candi ini menjadi simbol kerukunan antarumat beragama di masa lalu. Hal ini terlihat dari arsitektur dan ornamen yang mencerminkan kedua tradisi tersebut. Candi ini menjadi bukti bahwa pada masa Mataram Kuno, terdapat toleransi yang tinggi dan keharmonisan antara dua agama besar di Nusantara.
Secara keseluruhan, Candi Plaosan adalah salah satu candi yang tidak hanya memiliki keindahan arsitektur, tetapi juga mencerminkan dinamika sejarah, agama, dan politik yang kompleks di Jawa pada masa lampau. Candi ini menjadi simbol penting dari persatuan dua dinasti besar dan perpaduan antara agama Hindu dan Buddha di Jawa.
Struktur dan Arsitektur Candi Plaosan
Candi Plaosan memiliki struktur dan arsitektur yang unik dan kaya akan makna simbolis, mencerminkan perpaduan antara arsitektur Hindu dan Buddha. Kompleks candi ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu Candi Plaosan Lor (Plaosan Utara) dan Candi Plaosan Kidul (Plaosan Selatan), yang memiliki karakteristik dan fungsi berbeda namun saling melengkapi.
1. Candi Plaosan Lor (Utara)
Candi Plaosan Lor adalah bagian utama dan lebih besar dibanding Plaosan Kidul. Berikut adalah rincian struktur dan arsitektur Plaosan Lor:
Bangunan Utama
Di bagian tengah Plaosan Lor, terdapat dua bangunan candi utama yang berada di atas sebuah teras besar berbentuk persegi panjang. Kedua candi utama ini berdiri berdampingan dan dikenal sebagai candi kembar, mencerminkan keseimbangan dan harmoni, yang kemungkinan menggambarkan dualitas dalam agama Buddha seperti pasangan suami istri atau konsep-konsep filosofis dalam ajaran tersebut.
• Relief Dinding: Di dinding-dinding candi utama, terdapat relief yang menggambarkan tokoh-tokoh Buddha dan Bodhisattva. Relief ini menunjukkan detail yang halus, menggambarkan kehidupan spiritual dan ajaran Buddha. Di antara relief tersebut, terdapat juga gambaran sosok laki-laki dan perempuan yang diyakini melambangkan Rakai Pikatan dan Pramodhawardhani, pasangan yang diyakini terkait dengan pembangunan candi ini.
• Stupa: Di bagian atap candi utama terdapat stupa, simbol penting dalam agama Buddha yang melambangkan kesucian dan pencapaian nirwana. Stupa di Plaosan Lor berbentuk lonceng dengan puncak runcing, yang merupakan ciri khas stupa Buddha di Jawa.
Candi Perwara (Candi Kecil)
Di sekitar candi utama, terdapat sejumlah candi perwara, yang merupakan candi-candi kecil yang berfungsi sebagai tempat pemujaan tambahan atau tempat tinggal para biksu. Candi-candi kecil ini terletak di deretan yang rapi, mengelilingi candi utama. Terdapat sekitar 58 candi perwara di Plaosan Lor, serta lebih dari 100 stupa kecil.
• Ukiran Teratai: Salah satu ciri menarik dari Plaosan Lor adalah adanya relief ukiran teratai di beberapa bagian candi, yang merupakan simbol penting dalam agama Buddha, melambangkan kesucian dan pencerahan.
Teras dan Halaman
Kompleks Plaosan Lor berdiri di atas sebuah teras yang lebih tinggi dari permukaan tanah sekitarnya. Teras ini dikelilingi oleh tembok yang membentuk halaman. Di halaman ini, selain candi utama dan candi perwara, juga terdapat berbagai struktur lain, seperti tempat duduk dari batu dan bangunan yang diyakini sebagai asrama bagi para biksu.
2. Candi Plaosan Kidul (Selatan)
Candi Plaosan Kidul lebih kecil dan lebih sedikit memiliki struktur dibandingkan Plaosan Lor. Kompleks ini terletak di selatan Plaosan Lor, dipisahkan oleh jalan setapak, dan sebagian besar bangunannya telah runtuh atau hilang.
Reruntuhan dan Sisa Struktur
Di Plaosan Kidul, terdapat reruntuhan yang masih menunjukkan keberadaan stupa-stupa dan bangunan candi kecil. Meskipun tidak semegah Plaosan Lor, reruntuhan di Plaosan Kidul tetap menarik karena menunjukkan sisa-sisa struktur bangunan yang lebih sederhana. Struktur ini kemungkinan juga digunakan sebagai tempat tinggal biksu atau sebagai bangunan pendukung aktivitas keagamaan di Plaosan Lor.
Stupa
Beberapa stupa yang masih terlihat di Plaosan Kidul memiliki bentuk lonceng yang khas, sama seperti di Plaosan Lor. Meski tidak seutuh stupa di bagian utara, sisa-sisa ini tetap memberikan gambaran mengenai arsitektur Buddha di Plaosan Kidul.
3. Karakteristik Arsitektur
Secara umum, arsitektur Candi Plaosan menggambarkan perpaduan antara gaya Buddha Mahayana dengan sentuhan Hindu, terutama dalam detail-detail relief dan simbolismenya.
Pengaruh Buddha Mahayana
Mayoritas elemen arsitektur di Candi Plaosan didominasi oleh simbol-simbol Buddha. Ciri khas Buddha Mahayana terlihat jelas dalam penggunaan stupa di atap candi serta relief-relief yang menggambarkan tokoh-tokoh Buddha dan Bodhisattva. Stupa di Plaosan Lor memiliki bentuk yang elegan dan simetris, dengan puncak runcing yang menandakan pencapaian spiritual tertinggi, yaitu nirwana.
Pengaruh Hindu
Walaupun Candi Plaosan adalah candi Buddha, terdapat beberapa elemen arsitektur dan relief yang mencerminkan pengaruh Hindu. Ini mungkin merupakan hasil dari perpaduan budaya antara Rakai Pikatan, yang berasal dari Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu, dan Pramodhawardhani dari Dinasti Syailendra yang beragama Buddha. Perpaduan ini juga terlihat dalam struktur dasar candi yang mirip dengan candi Hindu di Jawa Tengah, seperti Candi Prambanan.
Relief dan Ornamen
Salah satu ciri khas dari Candi Plaosan adalah ornamen-ornamen dan relief yang menghiasi dinding candi. Relief-relief tersebut menggambarkan adegan-adegan kehidupan Buddha, Bodhisattva, dan makhluk surgawi. Ada juga relief yang menggambarkan bunga teratai, lambang kesucian dalam agama Buddha, serta ornamen geometris dan floral yang terinspirasi dari arsitektur Hindu.
4. Simbolisme Arsitektur
Arsitektur Candi Plaosan bukan hanya soal estetika, tetapi juga penuh dengan simbolisme religius. Stupa yang menjulang tinggi di atas candi utama melambangkan pencapaian spiritual tertinggi, sedangkan relief-relief yang menghiasi dinding candi menggambarkan perjalanan hidup menuju pencerahan.
Dua candi utama yang berdiri berdampingan di Plaosan Lor sering dianggap sebagai simbol keseimbangan dan harmoni, baik dalam konteks agama maupun politik. Kehadiran candi kembar ini juga dianggap sebagai refleksi dari hubungan harmonis antara dua kekuatan besar saat itu, yaitu Rakai Pikatan yang beragama Hindu dan Pramodhawardhani yang beragama Buddha.
5. Material Bangunan
Candi Plaosan dibangun dari batu andesit, jenis batu vulkanik yang banyak ditemukan di Jawa Tengah. Batu-batu ini dipotong dan diukir dengan teliti, disusun sedemikian rupa sehingga membentuk struktur yang megah dan simetris. Meski beberapa bagian candi telah rusak akibat waktu dan bencana alam, pemugaran yang dilakukan telah berhasil mempertahankan banyak detail arsitektur asli candi ini.
Arsitektur Candi Plaosan sangat menarik karena menggabungkan elemen-elemen Buddha dan Hindu, yang mencerminkan harmonisasi antara kedua agama tersebut di masa lalu. Struktur utama dengan dua candi kembar, stupa-stupa, serta relief yang detail memperlihatkan kemegahan seni arsitektur di era Mataram Kuno. Perpaduan ini juga menggambarkan simbolisme politik dan religius yang kuat, menjadikan Candi Plaosan sebagai bukti nyata dari toleransi dan kebesaran peradaban di masa lalu.
Lokasi dan Akses
Candi Plaosan terletak di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Lokasinya sangat strategis karena berada di dekat perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi ini berada sekitar 1,5 kilometer di sebelah timur laut dari Candi Prambanan, yang membuatnya menjadi salah satu destinasi wisata budaya yang bisa dijangkau dengan mudah setelah mengunjungi Candi Prambanan.
Lokasi:
• Alamat: Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah
• Koordinat Geografis: 7°44′29″ LS, 110°30′16″ BT
• Ketinggian: Sekitar 150 meter di atas permukaan laut
Karena lokasinya yang tidak jauh dari Candi Prambanan, banyak wisatawan yang mengunjungi kedua candi ini dalam satu perjalanan.
Akses Menuju Candi Plaosan:
Ada beberapa cara untuk mencapai Candi Plaosan, baik dari Yogyakarta maupun dari kota Klaten. Akses menuju candi ini cukup mudah, baik menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum.
1. Dari Yogyakarta
• Jarak: Sekitar 18 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta
• Waktu Tempuh: Sekitar 30-45 menit tergantung kondisi lalu lintas
• Rute:
o Dari pusat Kota Yogyakarta, ikuti jalan menuju Candi Prambanan melalui Jalan Solo (Jalan Raya Yogyakarta-Solo).
o Setelah tiba di Candi Prambanan, teruskan perjalanan menuju Desa Bugisan dengan mengikuti papan petunjuk yang mengarahkan ke Candi Plaosan.
o Akses jalan menuju Candi Plaosan dari Candi Prambanan sangat baik dan hanya memerlukan waktu sekitar 5-10 menit dengan kendaraan pribadi.
2. Dari Kota Klaten
• Jarak: Sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Klaten
• Waktu Tempuh: Sekitar 30 menit
• Rute:
o Dari pusat Kota Klaten, ambil jalan menuju Prambanan atau Jalan Raya Klaten-Prambanan.
o Setelah mendekati kawasan Candi Prambanan, ikuti petunjuk arah yang menunjukkan jalan menuju Candi Plaosan.
3. Menggunakan Kendaraan Pribadi
• Kendaraan pribadi seperti mobil atau sepeda motor adalah pilihan paling praktis untuk mencapai Candi Plaosan, karena memberikan fleksibilitas bagi wisatawan untuk mengunjungi tempat lain di sekitar kawasan Prambanan dan Klaten.
• Kondisi jalan menuju Candi Plaosan umumnya sangat baik, dengan akses yang cukup luas untuk dilalui kendaraan besar seperti bus pariwisata.
4. Menggunakan Transportasi Umum
• Bus: Terdapat bus umum yang melayani rute dari Yogyakarta ke Klaten. Wisatawan dapat naik bus Trans Jogja menuju Terminal Prambanan. Dari terminal, wisatawan bisa melanjutkan perjalanan dengan menggunakan ojek atau kendaraan online untuk sampai di Candi Plaosan.
• Kereta Api: Bagi wisatawan yang menggunakan kereta api, dapat berhenti di Stasiun Prambanan atau Stasiun Klaten. Dari stasiun, perjalanan dilanjutkan menggunakan ojek atau taksi untuk mencapai Candi Plaosan.
• Kendaraan Online: Di sekitar Yogyakarta dan Klaten, layanan transportasi online seperti Gojek dan Grab tersedia, sehingga memudahkan wisatawan untuk mencapai Candi Plaosan.
Kondisi Akses
Jalan menuju Candi Plaosan cukup baik dan mudah diakses. Karena lokasinya berada di kawasan wisata populer Prambanan, terdapat banyak papan petunjuk arah yang memudahkan wisatawan untuk menemukan candi ini. Meskipun kompleks candi berada di daerah pedesaan, jalan menuju candi sudah beraspal dengan baik dan dapat diakses oleh berbagai jenis kendaraan.
Fasilitas di Sekitar Candi Plaosan:
• Area Parkir: Di sekitar kompleks Candi Plaosan, tersedia area parkir yang cukup luas untuk menampung kendaraan pribadi maupun bus pariwisata.
• Warung dan Kios Souvenir: Di sekitar area candi terdapat beberapa warung kecil yang menjual makanan dan minuman ringan, serta kios yang menjual suvenir khas lokal.
• Toilet Umum: Fasilitas toilet umum tersedia di area sekitar candi untuk kenyamanan pengunjung.
Tips Perjalanan:
• Waktu Kunjungan Terbaik: Pagi hari atau sore hari adalah waktu terbaik untuk mengunjungi Candi Plaosan, karena cuaca biasanya lebih sejuk dan nyaman. Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati pemandangan matahari terbenam yang indah di sekitar candi.
• Bawa Topi dan Payung: Suhu di area candi bisa cukup panas di siang hari, jadi disarankan untuk membawa topi atau payung agar lebih nyaman selama berkeliling di sekitar candi.
• Kamera: Jangan lupa membawa kamera untuk mengabadikan arsitektur megah dan pemandangan sekitar candi. Candi Plaosan juga merupakan tempat yang ideal untuk fotografi dengan latar belakang bangunan kuno yang eksotis.
Dengan lokasi yang strategis dan akses yang mudah, Candi Plaosan menjadi salah satu destinasi wisata budaya yang menarik untuk dikunjungi, terutama bagi mereka yang tertarik dengan sejarah dan arsitektur candi-candi Buddha di Indonesia.
Candi Plaosan adalah destinasi penting bagi wisatawan yang tertarik dengan sejarah dan arsitektur kuno Indonesia, serta merupakan bukti warisan budaya yang memperlihatkan hubungan harmonis antara dua agama besar di Nusantara. Paket wisata Klaten dari berbagai agen perjalanan wisata menjadi candi ini dalam destinasi wisata yang mereka tawarkan.
Comments are closed.