Galeri Seni Kontemporer : Museum Nasional Jogja

Lampu temaram nampak menyinari bagian luar bangunan bertingkat tiga yang menjulang cukup tinggi. Bagian luar gedung yang terlihat tidak istimewa ternyata hanya kamuflase. Dibalik dinding bercat coklat muda, tersembunyi ratusan koleksi produk seni dari berbagai zaman. Puluhan foto bernilai seni tinggi berjejer memenuhi dinding di sepanjang lorong. Foto-foto itu bukan sekedar jepretan obyek biasa melainkan sebuah karya seni dengan makna tersirat di dalamnya. Tidak heran jika pengunjung menghabiskan waktu cukup lama menikmati dan mengamati setiap foto yang tertata rapi di dinding. Nama pencipta karya seni terpampang jelas di samping karya seninya. Berbagai koleksi karya seni terutama seni kontemporer yang tersimpan apik di Museum Nasional Jogja memang pantas jadi alasan museum ini masuk ke dalam daftar obyek wisata yang harus dikunjungi di kota Jogja.

Satu dari sekian banyak museum seni Jogja tidak hanya sekedar pusat penyimpanan barang-barang seni tetapi juga tempat seniman menceritakan apa yang mereka rasakan ketika menciptakan anak-anak mereka. Lebih dari sekedar karya biasa, setiap karya memiliki cerita, sedih ataupun bahagia. Berdiri di bawah naungan Yayasan Yogyakarta Seni Nusantara, Museum Nasional Jogja telah eksis di dunia per-seni-an Jogja selama lebih dari 25 tahun dan berdiri di atas lahan seluas 1.4 hektar yang berada di kawasan pusat kota Jogja. Di tempat inilah seniman lokal dan nasional memamerkan hasil karyanya serta berdiskusi mengenai banyak hal.

Mempunyai beberapa ruang pamer dengan ukuran yang cukup luas, museum yang masuk dalam daftar wisata sejarah ini punya ruang lebih dari cukup untuk menggelar berbagai pameran seni yang dihadiri ratusan hingga ribuan pengunjung. Diantara ruang pamer yang kerap jadi langganan pameran adalah Pendopo Ajiyasa, Fine Art Museum Gallery, Ruang Situs Kriya dan Ruang Seni Situs Patung. Untuk mendukung kenyamanan, museum ini juga menyediakan area dengan fasilitas free hotspot, kantin dan juga art shop. Bertambahnya jumlah penikmati seni di kota Jogja menambah panjang jumlah pengunjung setia di Museum Nasional Jogja termasuk anak-anak muda yang masih berusia sekolah ataupun mahasiswa baru.

Popularitas museum ini memang terus menanjak terutama pasca tahun 2010 yang dicanangkan sebagai Year of Museum Visit 2010, gerakan nasional garapan pemerintah untuk lebih mempopulerkan museum-museum di seluruh wilayah Indonesia termasuk di kota Jogja. Sepanjang tahun 2010, kota Jogja sendiri menyelenggarakan berbagai kegiatan seni di seluruh museum yang berada di dalam daftar museum di Jogja dengan mengundang sejumlah seniman ternama lokal dan nasional. Dan, hasilnya sungguh mengejutkan. Banyak museum yang tadinya sepi peminat jadi magnet bagi ratusan pengunjung setiap bulan. Bahkan jumlahnya bisa bertambah beberapa kali lipat pada saat penyelenggaraan event seni.

Koleksi Karya Seni Kontemporer

Museum Nasional Jogja patut berbangga dengan adanya koleksi karya seni kontemporer dari seniman nasional yang dipamerkan secara permanen di museum ini. Beberapa seniman yang bangga menyumbangkan “anak-anaknya” antara lain Teddy D, Ugo Untoro S, Irwan Huntarto, Agus Suwage, Aji Basarudin dan Domas Yudhistiro. Sebagian besar karya seni didominasi oleh lukisan bergaya kontemporer yang sering mengundang decak kagum. Nah, pada event-event tertentu, jumlah karya seni yang dipamerkan jauh lebih banyak untuk memuaskan keinginan pengunjung dan penikmat seni di wilayah Jogja dan sekitarnya.

Sejarah Museum Nasional Jogja

Menilik sejarahnya, museum yang tidak kalah populer dengan Museum Sonobudoyo ini punya sejarah yang cukup panjang. Pada awal berdirinya, bangunan di kawasan museum diperuntukkan menjadi ruang bagi institusi pendidikan Fine Art yang cukup berpengaruh di tanah air. Kemudian, tepatnya pada 15 Januari 1950, museum ini kemudian dialihfungsikan menjadi bagian dari STSRI yang kemudian berubah menjadi sebuah universitas pada tahun 1968. Pada tahun 1984 lah lahir Institut Seni Indonesia atau ISI, sebuah perguruan tinggi, dengan tiga fakultas berbeda yakni Fakultas Seni Media Rekam, Fakultas Seni Pertunjukan dan Fakultas Seni Rupa. Pada tahun-tahun inilah, bangunan Museum Nasional Jogja sangat aktif dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan seni.

Setelah kepindahan ISI pada tahun 1998 ke Jalan Parangtritis, bangunan Museum Nasional Jogja sempat terbengkalai selama beberapa tahun meskipun pengelolaannya telah diserahkan pada pemerintah provinsi. Merespon keadaan gedung potensial yang terbengkalai, Ketua YYSN yang tidak lain KPH Wironegoro berinisiatif melestarikan gedung tersebut melalui sejumlah proyek renovasi sebelum akhirnya diresmikan menjadi gedung museum. Perhatian KPH Wironegoro terlihat tidak setengah-setengah mengingat gedung yang baru bahkan dilengkapi dengan sejumlah fasilitas penunjang untuk pameran dan kegiatan seni. Renovasi ini disambut sangat baik oleh kalangan seniman di Jogja yang kemudian menyumbangkan berbagai karya seninya untuk mengisi museum yang baru dilahirkan itu.

Saat ini, Museum Nasional Jogja tengah berupaya mengembangkan diri untuk menjadi museum nasional dengan fokus karya seni kontemporer. Maka tidak heran jika akhir-akhir ini banyak event yang diselenggarakan di museum ini yang melibatkan banyak seniman, kurator dan apresiator seni. Secara bersamaan, pihak pengelola menyediakan fasilitas khusus dikenal sebagai Galery for citizens, sebuah tempat khusus diperuntukkan kegiatan pameran seni. Nah, jika Anda sudah puas menjelajah Museum Benteng Vredeburg dan Museum Anak Kolong Tangga, Museum Nasional Jogja tentu harus jadi destinasi berikutnya.

Tiket Masuk       : Gratis untuk hari biasa. Berbayar ketika ada event.
Alamat                  : Jl. Prof. Ki Amri Yahya no. 1
Koordinat GPS   : -7.800242, 110.353262
Nomor Telepon                : +62 274 586105